Gejolak kurs, harga emas, hingga bursa saham
Investor enggan menyimpan aset mereka dalam bentuk uang karena mudah kehilangan nilainya saat inflasi tinggi. Sementara harga emas cenderung stabil dan lebih aman sehingga pasar pun berburu logam mulia.Adapun harga emas berjangka menyentuh level tertinggi pada Jumat, 11 Februari 2022, seiring dengan meroketnya angka inflasi AS dalam 40 tahun. Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, terdongkrak 80 sen atau kurang dari 0,1 persen menjadi USD1.837,40 per ons.
3 alasan emas dipilih saat terjadi gejolak:
- Nilai emas tetap terjaga meski terjadi inflasi atau deflasi.
- Nilai emas tetap terjaga meski terjadi krisis ekonomi atau perang.
- Permintaan akan emas tidak berkurang seiring dengan ketersediaan emas yang terbatas.
.jpg)
Ilustrasi emas perhiasan 24 karat - - Foto: dok Xinhua
Mengutip laman resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), stok emas dunia cukup terbatas karena dipasok dari hasil pertambangan maupun daur ulang emas. Thomson Reuters GFMS mencatat ketersediaan emas dunia mencapai 171.300 ton. Sementara versi pendiri Gold Money James Turk, jumlahnya hanya 155.244 ton.
Adapun hubungan dolar AS dan emas cenderung negatif. Misalnya, saat kurs USD melonjak, harga emas biasanya tergerus. Sebaliknya penurunan dolar justru mengerek harga emas. Pada Kamis, 10 Februari 2022, mata uang dolar Amerika Serikat (USD) berfluktuasi lantaran inflasi AS mendorong pengetatan moneter The Fed sedangkan harga emas dunia terus menguat.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya tercatat menyusut 0,056 persen, dengan euro naik 0,1 persen menjadi USD1,1425. Enam mata uang atau greenback tersebut yakni euro (EUR), yen Jepang (JPY), poundsterling (GBP), dolar Kanada (CAD), krona Swedia (SEK), dan franc Swiss (CHF).
Sementara itu, emas dunia tak hanya diperjualbelikan dalam bentuk fisik. Dengan kata lain, ditradingkan di pasar komoditas berjangka dan diperdagangkan dengan harga spot dalam pair XAU/USD. Karena itulah, harga emas dunia maupun dolar bergerak dinamis setiap harinya lantaran investor bisa dengan cepat mengubah posisi mereka untuk membeli emas maupun menjualnya.
Di sisi lain, harga emas juga sangat tergantung terhadap kebijakan moneter yang diambil oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed). Kebijakan moneter yang dimaksud adalah kebijakan menaikkan atau menurunkan suku bunga.
Kalau The Fed menurunkan suku bunga, harga emas berpotensi naik. Sebab, dolar menjadi tidak menarik sebagai pilihan investasi dan orang-orang cenderung menempatkan uangnya dalam bentuk emas. Begitupun sebaliknya, saat The Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga harga emas ikut turun.
Lantas bagaimana hubungan inflasi ke harga saham?
Harga emas dunia cenderung negatif terhadap harga saham karena saat inflasi tinggi, investor mengalihkan investasinya ke aset safe haven. Harga emas umumnya berbanding terbalik dengan kondisi perekonomian atau bersifat counter-cyclical.
Artinya, saat pasar dan perekonomian bullish (naik), harga emas cenderung stabil. Namun, emas akan dicari ketika terjadi gejolak global. Ini berkebalikan dengan harga saham yang bergerak sesuai dengan kondisi perekonomian dan pasar, yakni naik ketika bullish dan turun ketika bearish.
Selama kondisi geopolitik dan inflasi masih tinggi, bursa saham Asia termasuk bursa saham AS (Wall Street) akan terseret aksi jual besar-besaran. Mengutip Xinhua, Sabtu, 12 Februari 2022, indeks Dow Jones Industrial Average turun 503,53 poin atau 1,43 persen menjadi 34.738,06. Sedangkan indeks S&P 500 melemah sebanyak 85,44 poin atau 1,90 persen menjadi 4.418,64. Indeks Komposit Nasdaq turun 394,49 poin atau 2,78 persen menjadi 13.791,15.