Tak ditampik, pandemi yang terkendali sekarang membuat pikiran menjadi lebih tenang. Tentu ketenangan berpikir akan lebih baik ketika virus mematikan yang masih belum sirna dari Indonesia itu juga dibarengi dengan perlindungan diri melalui proteksi produk asuransi. Melalui asuransi, peace of mind yang muncul bisa turut mendukung aktivitas sehari-hari.
Head of Health Product Marketing and Service Development Allianz Life Indonesia Sukarno membenarkan pandemi covid-19 telah memicu peningkatan kesadaran masyarakat cukup signifikan terhadap pemahaman produk asuransi, baik asuransi umum maupun asuransi jiwa. Peningkatan yang signifikan ini harus tetap dijaga agar tidak turun.
"Dengan peningkatan yang signifikan dari masyarakat terkait perlindungan asuransi maka kita harus menjaga momentum ini," kata Sukarno, dalam Media Workshop on Life & Health Insurance 101 bertajuk 'Apa Saja yang Perlu Diketahui agar Melek Asuransi', yang digelar secara virtual, Senin, 8 November 2021.
Ano, sapaan akrabnya mengatakan, Allianz Life Indonesia memiliki cara yang jitu untuk menjaga momentum peningkatan kesadaran masyarakat akan asuransi tetap meningkat. Di antara yang dilakukan adalah memberikan pemahaman yang lebih baik lagi tentang asuransi dan memberikan produk-produk baru yang dilengkapi dengan layanan yang memudahkan.
"Asuransi itu memang perlu dipersiapkan jauh-jauh hari. Kemudian memberikan produk-produk baru yang dilengkapi dengan layanan-layanan yang memudahkan. Pandemi telah memberikan kita pelajaran kalau ada hal-hal yang sebelumnya tidak terbayangkan itu bisa dilakukan sekarang ini," ucapnya.

Ia mengaku salah satu pembelajaran yang bisa diambil saat pandemi covid-19 melanda adalah menciptakan produk dengan layanan menyeluruh. Contohnya produk asuransi kesehatan Allianz selain memberikan akses kepada tertanggung juga diberikan fasilitas bisa bertanya kepada dokter secara digital dan membeli obat melalui layanan digital
"Jadi bisa memotong proses tanpa harus konsultasi dan membeli obat secara fisik. Ini jadi strategi. Selain produk yang baru kita juga tetap menjaga momentum (peningkatan kesadaran masyarakat yang penting tentang asuransi) ini dengan memberikan edukasi dan juga informasi," jelasnya.
Berangkat dari pandemi yang mulai terkendali dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan asuransi, Ano berharap, penetrasi asuransi akan semakin meningkat di masa mendatang. Hal itu, tambahnya, sejalan dengan strategi Allianz to insure more people melalui upaya dalam praktis bisnis dan etika bisnis yang sesuai koridor.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga Juli 2021, tingkat penetrasi asuransi mencapai 3,11 persen. Pencapaian penetrasi asuransi tersebut meningkat dibandingkan dengan posisi di akhir 2021 yang baru mencapai angka 2,92 persen. Kondisi tersebut juga ditandai dengan pertumbuhan premi yang dilaporkan oleh industri asuransi nasional.
"Karena kami diawasi oleh OJK untuk bisa memberikan solusi perlindungan yang nantinya memberikan perlindungan secara finansial sehingga tujuan nasabah bisa lebih tercapai. Proyeksi ke depan semakin baik di tengah persaingan yang semakin ketat tetapi kita harus tetap memberikan inovasi dalam hal pelayanan maupun pelayanan menambah nilai tambah," tuturnya.
Di sisi lain, covid-19 yang sempat mengamuk di Indonesia membuat masyarakat kian gigih mencari tahu tentang produk asuransi. Namun demikian, ketika pandemi mulai terkendali seperti sekarang ini, sebagian besar dari masyarakat seakan balas dendam untuk bertamasya atau sekadar staycation. Kondisi itu tentu membuka peluang tumbuhnya produk asuransi perjalanan.
"(Tapi) saya secara personal melihat produk asuransi kesehatan masih menjadi salah satu produk yang dilihat dan dicari. Pandemi itu membuat orang jadi khawatir dan tingkat okupansi di rumah sakit (saat covid-19 mengamuk) tinggi. Biayanya juga sangat fluktuatif dan tergantung dari tingkat keparahan sakitnya, apakah ada komorbid atau tidak," tuturnya.
Primadona
Kondisi itu, lanjutnya, yang membuat dirinya yakin asuransi kesehatan akan tetap menjadi primadona meski industri perjalanan mulai menggeliat sekarang dan menimbulkan katalis positif bagi produk asuransi perjalanan. Pasalnya, masyarakat akan tetap mencari asuransi kesehatan demi memproteksi diri dari covid-19.
"Biaya-biaya medisnya akan relatif sangat luas (bagi perawatan covid-19). Asuransi kesehatan dipastikan masih menjadi salah satu primadona yang dilirik karena masyarakat memang perlu perlindungan ini," ucap Ano.
Harus terus ditingkatkan
Chief Marketing Officer Allianz Life Indonesia Karin Zulkarnaen menambahkan pemahaman masyarakat tentang produk asuransi harus terus ditingkatkan. Ia tidak memungkiri pandemi covid-19 membuat pemahaman masyarakat tentang asuransi meningkat. Hal itu dibuktikan dengan kepemilikan asuransi jiwa tumbuh 2,7 persen di kuartal I-2021 ketimbang kuartal I-2020.

Chief Marketing Officer Allianz Life Indonesia Karin Zulkarnaen. FOTO: Medcom.id/Angga Bratadharma
"Namun kita melihat ada survei yang menunjukkan masyarakat Indonesia ini punya gaya hidup yang konsumtif dan infonya 28 persen masyarakat Indonesia itu lebih besar pengeluaran daripada penghasilan. Itu yang membuat kami khawatir karena 28 persen terjadi banyak di usia produktif," tambahnya.
Bahkan, masih kata Karin, data dari Dana Pensiun Lembaga Keuangan menunjukkan anak muda atau gen Z baru mencapai 32 persen yang memulai persiapan masa pensiun. Anak muda tersebut masih berpikir bahwa masa pensiun masih lama. Padahal, waktu merupakan komponen yang sangat penting dalam mempersiapkan masa pensiun.
"Karena dengan waktu yang kita miliki juga makin panjang jadi bisa mulai menabung untuk nantinya masa pensiun. Pemahaman tentang asuransi memang masih ala kadarnya. Karenanya kami melakukan edukasi untuk mendukung program dari pemerintah terutama meningkatkan penetrasi asuransi jiwa," tuturnya.
Tahapan
Agency Program Head Allianz Life Indonesia Aditya Sumirat mengatakan ada alasan mengapa seseorang memerlukan produk asuransi. Menurutnya kehidupan ini ada tahapan. Dari anak-anak ke dewasa, menikah, mempunyai anak, dan memasuki masa pensiun. Dalam tiap tahapan itu ada kebutuhan yang salah satunya keuangan yang harus dipenuhi.
"Misalnya ketika mau beli rumah. Punya anak lalu kita berpikir untuk kita siapkan biayanya atau mempersiapkan dana pensiun. Setiap orang punya tujuan atau kebutuhan keuangan yang diperlukan di setiap tahap kehidupannya," ucapnya.
Namun dalam perjalanannya, tambahnya, risiko selalu terjadi dan menghalangi tujuan keuangan tersebut. Misalnya pencari nafkah meninggal dunia dan membuat keluarga yang ditinggalkan mengalami kesulitan keuangan. Risiko lainnya adalah ketika seseorang panjang umur. Tak ditampik panjang umur memang sebuah keberkahan tapi tetap ada risiko.
"Tapi kalau panjang umur kita juga harus mempersiapkan diri dengan baik karena ketika tua sudah tidak bekerja dan pengeluaran tidak ada. Risiko lain penyakit kritis. Ini bisa menghalangi tujuan keuangan kita dan dengan adanya asuransi bisa membantu kita ketika mengalami risiko kehidupan," jelasnya.
Ia menambahkan membeli produk asuransi tidak sama dengan menabung. Contoh ketika seseorang menabung Rp1 juta per bulan maka ketika terjadi risiko di bulan ketiga maka biaya perawatan dari risiko belum tentu bisa memenuhi atau memitigasi risiko tersebut, misalnya, membutuhkan biaya Rp12 juta.
"Asuransi itu seperti membeli uang besar memakai uang kecil. Jadi tidak harus menunggu uangnya besar terus baru bisa dapat manfaatnya. Atau tidak perlu membayar premi banyak dulu baru kita dapat manfaatnya. Misal tiap bulan bayar premi Rp1 juta dan baru bayar tiga kali terpaksa rawat inap di rumah sakit yang biayanya Rp10 juta. Asuransi akan mengkover," ucapnya.
Jenis asuransi
Tak ditampik masih banyak masyarakat yang bingung dengan produk asuransi, termasuk pengertian asuransi secara dasar. Untuk informasi, terdapat perbedaan antara asuransi umum dan asuransi jiwa. Aditya menjelaskan asuransi jiwa adalah yang berkaitan dengan jiwa dan kesehatan.
"Kalau terjadi rawat inap maka tertanggung dapat memanfaatkan asuransi jiwa. Kalau tertanggung meninggal dunia maka penerima manfaat bisa mendapatkan manfaat. Kalau orang awam bilangnya ahli waris, tapi kalau di asuransi disebutnya penerima manfaat," jelasnya.
Sedangkan asuransi umum, tambahnya, berkaitan dengan proteksi harta benda, asuransi perjalanan, atau asuransi kerugian seperti motor, mobil, atau pabrik yang menjadi objek pertanggungan dari asuransi umum.

Sumber: Allianz Life Indonesia
Selain itu, ada yang namanya asuransi kumpulan dan ada asuransi individu. Asuransi individu adalah asuransi yang menyangkut individu semata, sedangkan asuransi kumpulan ialah asuransi yang pesertanya terdiri dari satu kelompok, misalnya, karyawan sebuah perusahaan. "Kalau kumpulan pesertanya rombongan," jelasnya.
Kemudian ada juga asuransi yang berdasarkan pengelolaan investasi. Adapun produk asuransi unit link adalah asuransi yang memiliki fitur-fitur investasi. Sedangkan asuransi tradisional adalah produk asuransi yang berfokus pada perlindungan diri dan tidak ada fitur investasi.
Lalu asuransi jiwa juga terbagi dengan asuransi tanpa nilai tunai dan asuransi dengan nilai tunai. Asuransi tanpa nilai tunai seperti seseorang berpakaian untuk melindungi diri dalam jangka waktu tertentu. Premi yang dibayarkan sebagai biaya proteksi selama jangka waktu tertentu yang sudah ditentukan atau disepakati.
"Misalkan 2-3 tahun untuk melindungi dari terjadi risiko. Jadi selama itu risiko uangnya sudah kita bayar. Jadi dipakai sebagai biaya perlindungan. Seperti kita bayar security lah. Kita bayar security di kantor atau di rumah. Kita jadwalkan bayar gaji tiap bulan. Kalau kita tidak kemalingan kita tetap bayar security. Ibaratnya asuransi tanpa nilai tunai itu seperti itu," ucapnya.
Sedangkan asuransi nilai tunai itu ada manfaat yang bisa dimanfaatkan. Misalnya membeli asuransi unit link yang sebagian preminya digunakan untuk membentuk nilai tunai yang bisa diambil manfaat dari hasil investasinya. "Contoh populer sekarang ada pada unit link. Sebagian premi dijadikan nilai investasi. Kalau butuh uang, bisa kita ambil," jelasnya.
Asuransi kesehatan
Sementara itu, Ano menjelaskan, asuransi kesehatan adalah asuransi yang memberikan perlindungan pada saat tertanggung menderita sakit atau mengalami kecelakaan yang membutuhkan biaya perawatan kesehatan. Biaya perawatan kesehatan ini untuk memulihkan kondisinya sampai benar-benar pulih.
"Asuransi kesehatan jenis produknya ada standalone atau asuransi kesehatan murni. Biasanya manfaatnya yang paling utama adalah manfaat rawat inap. Lalu ada yang namanya raider atau manfaat tambahan. Jadi misalnya hanya punya rawat inap maka ada tambahan seperti rawat gigi atau persalinan," ucapnya.
Lantas kapan sebaiknya mempunyai produk asuransi kesehatan? Ano memandang seseorang perlu memiliki asuransi kesehatan di saat seseorang masih muda, sudah memiliki penghasilan, dan masih dalam kondisi sehat. Kemudian, Ano menjelaskan ada beberapa alasan kenapa klaim produk asuransi ditolak oleh perusahaan asuransi.
"Dokumen tidak lengkap, polis dalam kondisi lapse, tidak memenuhi ketentuan polisi, tidak termasuk dalam pengecualian, belum melalui masa tunggu, pre-existing condition, dan non-disclosure. Harus dilihat pada saat membaca polis asuransi agar tidak ditolak saat mengajukan klaim," jelasnya.
Bulan inklusi keuangan
Sementara itu, OJK bersama Industri Jasa Keuangan (IJK) terus berupaya memperluas akses keuangan masyarakat melalui pelaksanaan Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2021 yang memperoleh tingkat partisipasi yang tinggi. BIK 2021 yang dilaksanakan satu bulan penuh pada Oktober 2021 berhasil melakukan 2.183 kegiatan di seluruh Indonesia.
Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Tirta Segara mengatakan pencapaian BIK 2021 di tengah situasi pandemi covid-19 menjadi bukti nyata keberhasilan adaptasi tataran pola kerja dan pola hidup yang dilakukan untuk mendorong akselerasi proses pemanfaatan produk dan layanan keuangan bagi masyarakat .
"Demi tercapainya target inklusi keuangan 90 persen pada 2024," kata Tirta.
Dari seluruh kegiatan yang dilaksanakan, tercatat menghasilkan pembukaan rekening baru dari industri perbankan sebesar 2,008 juta dan penyaluran kredit/pembiayaan kepada 168.370 debitur. Selain itu, terdapat 93.683 pembukaan polis asuransi, 330 ribu rekening efek baru, dan 633.142 debitur perusahaan pembiayaan.
Tirta berpendapat pelaksanaan BIK diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan partisipasi masyarakat pada sektor keuangan sehingga dapat terwujud masyarakat Indonesia yang well literate dan financially inclusive, yaitu masyarakat yang memanfaatkan produk dan layanan keuangan sesuai kebutuhan dan kemampuannya.
Kemudian, tambahnya, dapat menggerakkan kembali roda perekonomian di tengah kondisi pandemi covid-19. "Melalui BIK 2021 ini diharapkan semakin memperkuat sinergi kementerian/lembaga untuk mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) serta pencapaian target inklusi keuangan sebesar 90 persen pada akhir 2024," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News