medcom.id, Manchester: Manajemen Manchester United kabarnya memberikan dana hingga 200 juta Euro kepada Jose Mourinho untuk digunakan pada bursa transfer musim panas 2016. Dengan uang sebanyak itu, The Special One tentunya bisa mendapatkan sederet pemain bintang sebelum musim 2016--2017 bergulir.
Anehnya, pemain pertama yang dibeli eks manajer Chelsea tersebut tidak berstatus pemain bintang. Alih-alih membeli defender top seperti David Alaba atau Thiago Silva, Mourinho justru membeli penggawa Villarreal, Eric Bailly.
Publik makin dibuat terkejut karena manajer asal Portugal itu harus merogoh kocek hingga 30 juta Poundsterling (Rp576 miliar) untuk memboyong Bailly ke Old Trafford.
Mourinho memang manajer hebat. Torehan 30 gelar hingga saat ini membuktikan kehebatan pria berusia 53 tahun tersebut. Namun pembelian Bailley tetap perlu dipertanyakan. Apalagi, The Special One punya sejarah buruk ketika memboyong pemain dengan harga mahal.
Pembelian Paulo Fereira menjadi momen pertama Mourinho salah menilai kemampuan pemain. Hal itu terjadi pada musim debut Mourinho di Chelsea, yakni pada 2004--2005. Ferreira sudah menjadi anak emas Mourinho sejak di Porto.
Masa lalu itu sepertinya yang membuat Mourinho tak ragu meminta kepada manajemen Chelsea untuk menggelontorkan uang hingga 20 juta Euro demi mendapatkan Ferreira.
Tapi apa daya. Intuisi Mourinho ternyata salah. Ferreira yang begitu tangguh saat bermain di Porto tak mampu mengimbangi kecepatan lawan di Liga Primer Inggris.
Alhasil, performanya tidak terlalu impresif sepanjang 2004--2015 walau dimainkan 29 kali oleh Mourinho. Pada musim berikutnya, Mourinho memilih untuk menambal pos fullback dengan mendatangkan Asier del Horno.
Insting Mourinho kembali salah ketika bermanuver bursa transfer jelang musim 2005--2006. Ia butuh winger untuk melapis Arjen Robben dan Damien Duff pada saat itu.
Di antara sederet winger hebat yang sedang bersinar pada musim tersebut, Mouriho memilih untuk memboyong youngster Manchester City, Shaun Wright-Phillips.
Uang untuk membeli pemain asal Inggris itu tidak sedikit. Demi mewujudkan ambisi The Special One, Chelsea harus merogoh kocek hingga 31,5 juta Euro.
Sebuah investasi yang akhirnya berujung sia-sia. Wright-Phillips gagal bersinar dan tak selincah ketika bermain untuk City. Selama tiga musim di Chelsea, Wright-Phillips hanya tampil 81 kali dan empat gol. Mirisnya, mayoritas laga yang dimainkan Wright-Phillips berstatus sebagai pemain pengganti.
Kesalahan kembali dibuat oleh Mourinho pada bursa transfer musim panas 2006. Tepatnya saat membeli Andriy Shevchenko dari AC Milan seharga 43,3 juta Euro.
The Special One sebetulnya bisa terhindar dari "salah beli" jika jeli melihat rekam jejak Shevchenko. Faktanya, striker asal Ukraina itu tidak dalam kondisi fit sebelum dibeli Chelsea.
Bahkan, Sheva sudah menunjukkan tanda-tanda tidak bugar ketika bermain untuk Milan sepanjang 2005--2006. Ketika itu, Sheva sering kerap dilanda cedera sehingga hanya bermain 28 kali di Liga Italia Serie-A.
Hasilnya, Sheva yang juga sudah menua saat hijrah ke Chelsea tak sanggup menghadapi "keganasan" bek-bek lawan. Selama tiga musim, pria yang kini menjadi asisten pelatih timnas Ukraina itu hanya mencetak 22 gol untuk The Blues.
Klub raksasa asal Italia, Inter Milan ikut merasakan ketidakcermatan Mourinho dalam menilai harga pemain di bursa transfer. Manajemen Inter dipaksa menggelontorkan uang hingga 24,6 juta Euro untuk membeli Ricardo Quaresma pada 2008--2009.
Keberhasilan taktik 4-3-3 dengan mengandalkan dua winger yang bisa beroperasi di kedua sisi sayap seperti Robben dan Duff di Chelsea sepertinya menjadi dasar keinginan The Special One membeli Quaresma. Ia ingin Inter menjadi jawara di Italia dengan memainkan strategi yang sama. Sebagai tambahan agar rencana itu sukses, Mourinho juga memboyong winger asal Brasil, Amantino Mancini.
Ekspetasi Mourinho kepada Quaresma terbukti terlalu besar. Sang pemain gagal bersinar dan lebih banyak membuat sensasi di luar lapangan. Quaresma yang tampil apik bersama FC Porto pada pada 2004 hingga 2008 tidak mampu menunjukkan taring di persepakbolaan Italia.
Uang sebesar 24,6 juta Euro yang sudah dikeluarkan Inter mubazir karena Quaresma hanya bisa menghasilkan satu gol dari 24 kali tampil di Liga Italia Serie-A sejak 2008 hingga 2010. Saking tak berguna di Inter, Quaresma sempat dipinjamkan ke Chelsea pada Januari 2009.
Mourinho seolah tak belajar dari kesalahan. Sejarah sudah membuktikan ia kerap salah menilai kemampuan pemain asal Portugal. Namun, ia seperti menghiraukan fakta tersebut. Dengan penuh keyakinan, The Special One memboyong bek asal Portugal, Fabio Coentrao dengan harga 30 juta Euro saat melatih Real Madrid pada bursa transfer musim panas 2011.
Manajemen Madrid bisa jadi geram pada Mourinho. Sebab, Coentrao tak pernah tampil meyakinkan selama memperkuat Los Merengues. Selama empat musim, ia selalu menjadi bayang-bayang Marcelo di sektor bek kiri.
Butuh waktu agak lama bagi manajemen Madrid untuk menyadari Coentrao tak layak bermain bersama Cristiano Ronaldo dkk.
Madrid sempat ingin mendepak Coentrao ke Manchester United pada bursa transfer musim panas 2015. Namun negosiasi buntu sehingga sang pemain tak jadi pindah.
Keinginan melepas pesepak bola bertinggi 1,79 meter itu akhirnya terwujud satu musim berikutnya. Madrid bisa bergembira karena AS Monaco ternyata mau menampung Coentrao. Apes bagi Los Merengues, klub peserta Ligue 1 itu hanya mau mendapatkan Coentrao dengan status pinjaman.
Proses kedatangan Bailly hampir mirip dengan Ferreira, Wright-Phillips, Shevchenko, Quaresma, dan Coentrao. Sama seperti pemain-pemain gagal itu, Mourinho sudah menaruh ekspektasi besar kepada Bailly walau belum beraksi bersama klub anyar.
"Bailly merupakan bek muda dengan talenta yang luar biasa. Performanya terus berkembang. Ia berpotensi menjadi salah satu bek terbaik di dunia," ujar Mourinho.
"Kami sudah tidak sabar untuk bekerja dengannya. Ia berada di klub yang tepat untuk mengembangkan diri," tambah The Special One.
Bukan tidak mungkin Bailly mengikuti jejak Ferreira, Wright-Phillips, Shevchenko, Quaresma, dan Coentrao sebagai pemain mahal yang gagal bersinar saat dilatih Mourinho.
Namun ada fakta menarik yang sepertinya bisa membuat fan MU bernapas lega. Sejarah mencatat, Mourinho tetap bisa memberikan gelar juara kepada klub pada akhir musim walau diawali dengan menggelontorkan uang besar untuk memboyong pemain-pemain tersebut.
2004--2005 (Chelsea)
Paulo Ferreira : 20 juta Euro
Jiri Jarosik : 12 Juta Euro
Tiago: 12 juta Euro
Mateza Kezman: 7,5 juta Euro
2005--2006 (Chelsea)
Shaun Wright-Phillips: 31,5 juta Euro
Asier del Horno: 12 juta Euro
2006--2007 (Chelsea)
Andriy Shevchenko: 43,3 juta Euro
Khalid Boulahrouz: 13,20 juta Euro
2008--2009 (Inter Milan)
Ricardo Quaresma: 24,6 juta Euro
Sulley Muntari: 15,00 juta Euro
Mancini: 13,00 juta Euro
2009--2010 (Inter Milan)
McDonald Mariga: 10 juta Euro
2010-2011 (Real Madrid)
Pedro Leon: 10 juta Euro
Sergio Canales: 6 juta Euro
2011--2012 (Real Madrid)
Fabio Coentrao: 30 juta Euro
Nuri Sahin: 10 juta Euro
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(HIL)