.jpg)
Namun usia tidak bisa ditutupi. Pada usia 34 tahun, stamina Federer tidak sama seperti ketika ia menghentikan kejayaan petenis Amerika Serikat Pete Sampras satu dekade lalu. Hingga set kedua, Federer memang masih mampu mengimbangi Djokovic. Tetapi setelah merebut set kedua melalui perjuangan yang melelahkan, fisik Federer benar-benar terkuras.
Meski berupaya keras untuk bisa bertahan. Namun Federer benar-benar kehabisan energi. Ketika DJokovic menempatkan dropshot, Federer tidak sanggup lagi untuk mengejar bola.
Sempat ada kesempatan ketika hujan turun menyirami lapangan. Pertandingan sempat dihentikan beberapa saat. Tapi waktu itu tidak mencukupi bagi Federer untuk mengembalikan staminanya.
Apalagi Djokovic berada dalam kondisi fisik yang prima. Enam tahun usianya yang lebih muda memberikan keuntungan sendiri bagi petenis asal Serbia tersebut. Federer masih berupaya untuk menyulitkan Djokovic, namun tidak cukup untuk menahan petenis nomor satu dunia itu untuk mencatat hat-trick, juara untuk ketigakalinya.
Sejarah Berulang
Tidak salah apabila orang Prancis mengatakan, "L'histoire se repete". Sejarah memang selalu berubah. Bintang baru akan hadir untuk menggantikan bintang sebelumnya.
Dunia tenis mencatat Sampras sebagai pemain besar. Namun setelah tujuh kali juara, petenis AS itu harus merelakan gelarnya dan diambil alih posisinya oleh bintang baru Federer.

Sepertinya Djokovic yang kemudian benar-benar tampil menggantikan posisi Federer. Ia bukan hanya menempati peringkat satu dunia, tetapi sudah membukukan delapan gelar juara grandslam.
Namun Federer menunjukkan kelasnya sebagai pemain yang tidak pernah menyerah. Meski posisinya sebagai petenis terbaik di dunia sudah digeser Djokovic, ia tidak pernah berhenti untuk mencoba kembali lagi.
Semangat pantang menyerah itulah yang membuat banyak pecinta tenis jatuh hati. Federer menjadi simbol dari perjuangan yang tidak pernah berhenti untuk mencapai puncak kejayaan.
Menuju Kesempurnaan
Federer mengajarkan kepada kita tentang arti perlunya kita mengejar kesempurnaan. Memang tidak pernah ada manusia yang sempurna, namun kita harus terus berupaya mengejar kesempurnaan.
Federer terus berupaya menjaga kebugarannya. Badannya terlihat begitu atletis. Teknik bermain tenisnya tidak pernah menurun. Siapa pun yang berhadapan dengannya harus lebih sempurna apabila ingin bisa mengalahkan.
Dengan penampilan yang dingin dan nyaris tanpa ekspresi, Federer menunjukan, dalam olahraga bukan hanya sekadar menang dan kalah yang menjadi tujuan. Tetapi bagaimana menyajikan penampilan yang terbaik agar pecinta tenis disuguhi permainan yang menarik.
Kekalahan tidak harus diratapi dan bahkan mencari kambing hitam. Setiap kekalahan harus dipakai sebagai pemacu untuk bangkit lagi dan melakukan perbaikan. Tidak boleh ada kata lelah untuk mencapai keberhasilan.
Federer menegaskan, dirinya akan kembali untuk tampil dan mengejar prestasi. Ia kini bersiap untuk tampil di ajang grandslam terakhir di tahun ini yaitu AS Terbuka. Kita tunggu kiprah dan kejutan yang akan diperlihatkan Federer untuk membuat dunia tenis menarik untuk disaksikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RIZ)