Pjanic sudah menjadi incaran banyak klub besar Eropa sejak bermain di Metz pada 2007--2008. Tidak aneh jika hal itu sampai terjadi. Hampir satu dekade setelah melakoni debut sebagai pesepak bola profesional, Pjanic bertransformasi menjadi salah satu playmaker terbaik di dunia. Terasa istimewa karena status itu sudah ia dapatkan ketika masih berusia 25 tahun.
Manchester United, Barcelona, dan Arsenal menjadi tiga klub besar Eropa yang gencar mendekati Pjanic pada akhir 2000-an. Ketertarikan itu kabarnya masih berlaku hingga saat ini.
Alih-alih menggangguk tanda setuju kepada MU, Barcelona, atau Arsenal, "mutiara" asal Bosnia ini lebih memilih hengkang ke Roma usai bermain tiga musim tampil bersama Olympique Lyonnais. Putusan yang sempat membuat banyak orang bertanya-tanya.
Akan tetapi, Pjanic membuktikan bukan sosok anak muda yang mengambil putusan secara tergesa-gesa. Pilihan berlabuh ke Roma ia buat usai berpikir secara matang. "Saya memilih Roma karena berani menjanjikan tempat utama. Sebagai pesepak bola, penting bagi saya untuk bermain rutin," katanya.
Gelontoran uang dari MU, Barcelona, dan Arsenal ia tolak demi sebuah pengembangan diri. Sebuah langkah bijak yang bakal disyukuri Pjanic seumur hidup. Berkat konsisten tampil bersama skuat senior Roma, Pjanic melejit menjadi salah satu playmaker terbaik yang pernah bermain di Liga Italia Serie-A.
Chelsea tidak menutup mata dengan kehebatan Pjanic. Dengan kemungkinan pelatih Antonio Conte merapat ke Stamford Bridge pada musim depan, The Blues berencana menjadikan Pjanic sebagai buruan utama.
MENAWARKAN BANYAK KELEBIHAN
Pjanic bukan tipikal gelandang kreatif seperti yang banyak bermunculan pada era sepak bola modern. Pjanic dibekali stamina dan kemampuan bertahan di atas rata-rata. Ia tipe pemain yang mau berjuang untuk tim. Ketika menyerang, Pjanic bisa melesat cepat dan efektif.
Namun saat tim bertahan, Pjanic tidak segan turun ke sepertiga wilayah tim dan melakukan melakukan tackle kepada lawan. Sebuah pekerjaan yang dianggap "kotor" oleh banyak playmaker pada dewasa ini. (Lihat boks).
Statistik bertahan Pjanic di AS Roma pada musim ini
Block | 3 |
Interception | 35 |
Clearance | 24 |
Tendangan bebas menjadi kelebihan lain yang ditawarkan Pjanic untuk The Blues. Ketika mendapat tendangan bebas yang jauh dari kotak penalti, Pjanic dengan cermat bisa melihat celah di antara bek lawan guna memberikan umpan matang kepada rekannya.
Pjanic makin "menyusahkan" kiper lawan ketika mendapat kesempatan tendangan bebas di dekat kotak penalti. Sejauh ini, ia tercatat sudah tujuh kali mencetak gol dari posisi itu. Secara keseluruhan, sepakan bebasnya sudah menghasilkan 13 gol untuk Roma di Liga Italia Serie-A musim ini. Catatan yang menempatkan Roma di posisi teratas untuk urusan mencetak gol lewat skema set piece.
Pjanic patut bersyukur diberi kaki kanan yang "mematikan". Selain piawai mencetak gol dari tendangan bebas, kaki kanannya juga kerap memproduksi umpan-umpan terobosan terukur. Dengan kombinasi visi yang istimewa, Pjanic sering melepaskan umpan menyusur dari sudut yang tidak terduga. Bahkan, umpannya masih presisi meski ditendang dari jarak jauh.
COCOK UNTUK LIGA INGGRIS dan CHELSEA
Tubuhnya berbobot 74 kg dan memiliki tinggi 180 cm. Angka itu sudah cukup bagi Pjanjic untuk bertempur melawan bek-bek di Liga Inggris yang dikenal agresif. Lagipula, Pjanic punya kecepatan di atas rata-rata. Jika Mesut Oezil (Arsenal), David Silva (Manchester City), Adam Lallana (Liverpool) bisa selamat di Inggris, Pjanic tentunya dapat melakukan hal yang sama. Maklum, bobot serta kecepatan Oezil, Silva, dan Lallana tak lebih baik dari Pjanic.
Pjanic adalah jawaban atas kemerosotan peforma Cesc Fabregas. Kini, The Blues butuh sosok baru yang bisa memberikan umpan matang dan mengalirkan bola dengan tempo serta arah yang benar. Pjanic bisa memenuhi kebutuhan itu.
Tugas sebagai regista diemban Pjanic di Roma di bawah asuhan pelatih Luciano Spaletti. Dengan tugas itu, ia menjadi katalisator antara bek dan penyerang dalam formasi 4-2-3-1. Kebetulan, Chelsea juga menggunakan taktik yang sama dalam beberapa tahun terakhir. Dengan begitu, Pjanic harusnya tidak akan mengalami gegar budaya saat berlabuh ke Stamford Bridge pada musim depan.
Perbandingan statistik Pjanic dengan playmaker Chelsea (*di kompetisi domestik)
Pjanic | Fabregas | Hazard | Oscar | |
Main | 24 | 27 | 25 | 21 |
Menit Main | 1.988 | 2.077 | 1.729 | 1.442 |
Umpan per Laga | 62,17 | 71,22 | 43,52 | 40 |
Gol | 9 | 2 | 1 | 3 |
Peluang per laga | 2,46 | 1,59 | 2,16 | 1,05 |
Intercept per laga | 1,46 | 0,57 | 0,28 | 0,43 |
Dua kelebihan bisa diberikan Pjanic untuk Chelsea, yakni melepaskan umpan akurat dan bergerak cepat ke pertahanan lawan. Dengan begitu, Pjanic bisa melakukan tugas yang selama ini diemban Fabregas dan Eden Hazard sekaligus. Berbekal hal itu, fan Chelsea rasanya tak perlu khawatir andai kedua pemain itu hengkang ke klub lain ketika tirai bursa transfer musim panas 2016 dibuka.
Status sebagai pemain yang tidak tergantikan di timnas Bosnia dan Roma sudah melekat dalam diri Pjanic. Hebatnya, hal itu ia dapatkan ketika belum mencapai titik terbaik dalam kariernya. Jadi bisa dibayangkan betapa menakutkan keberadaan Pjanic saat memasuki usia emas sebagai pesepak bola.
Pjanic adalah tiket bagi Chelsea untuk mencapai kejayaan pada musim depan. Namun tiket itu tidak bisa didapat dengan harga murah. Kabarnya, Roma hanya mau melepas sang pemain dengan harga 45 juta Euro (sekitar Rp644 miliar).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(HIL)