medcom.id: Liga Primer Inggris digadang-gadang sebagai kompetisi sepak bola terbaik di muka bumi pada saat ini. Selain sistem kompetisi yang tanpa cela, kehadiran pemain-pemain terbaik di dunia membuat Liga Primer kini menjadi sorotan utama seluruh pencinta sepak bola.
Meroketnya Liga Primer memberikan efek domino. Lantaran ditinggal pemain bintang dan mulai tak dilirik oleh fans, sejumlah kompetisi sepak bola di Eropa mulai tergerus eksistensinya. Serie-A menjadi salah satu kompetisi yang terkena dampak tersebut.
Dulu, Serie-A dikenal sebagai kompetisi nomor satu di Eropa. Pemain-pemain terbaik di dunia berlomba-lomba bermain di sana. Namun situasi berubah dalam satu dekade terakhir. Nama-nama beken mulai meninggalkan Serie-A dan mencoba peruntungan di Liga Primer dan kompetisi lain yang lebih glamor.
Pemilik Inter Milan, Erick Thohir sadar dengan siklus buruk yang sedang dihadapi Serie-A. Dia pun sadar betapa dahsyatnya pengaruh Liga Primer pada saat ini. Dua fenomena itu membuat Thohir mulai merancang ide brilian. Guna mengembalikkan pamor Serie-A dan Inter, Thohir memutuskan untuk mendompleng nama Liga Primer dan para pemain yang bernaung di dalam kompetisi tersebut.
"Jika kami berhasil mendapatkan Nemanja Vidic, itu akan sangat bagus karena dia terkenal di Asia. Liga Primer Inggris sangat populer. Vidic akan menambah nilai jual Inter Milan," kata Thohir saat Inter sedang bernegosiasi dengan Manchester United soal transfer Vidic pada bursa transfer lalu.
Langkah Inter lalu dicontek AS Roma, Juventus, Fiorentina, dan AC Milan. Tak lama selang kedatangan Vidic, Roma dan Milan sukses menggaet Ashley Cole serta Fernando Torres dari Chelsea, Juventus mendapat secara gratis Patrice Evra dari Manchester United, dan Fiorentina membeli Micah Richards dari Manchester City.
Kelima pemain tersebut diharapkan bisa memberikan efek yang sama seperti yang diinginkan Thohir dari Vidic yakni memperkuat dan menambah jual tim, serta meningkatkan pamor Serie-A di seluruh dunia.
Asa boleh dibumbung tinggi. Namun kadang kenyataan berkata lain. Pasalnya, efek eks Liga Primer belum juga terlihat di klub masing-masing hingga Serie-A 2014-15 memasuki separuh jalan. Efek ekonomi belum terasa. Harapan Torres dkk bisa meningkatkan kualitas tim juga jauh panggang dari api. Selain Evra, rasanya keempat pemain eks Liga Primer lainnya belum memberikan kontribusi positif untuk tim. Tengok saja statistik mereka. Torres baru mencetak satu gol untuk Milan. Cole dan Richards hanya menjadi pemain cadangan di Roma serta Fiorentina. Sementara itu, Vidic kerap menghasilkan blunder dan kartu merah untuk La Beneamata.
Kondisi ini mesti segera di evaluasi. Faktanya, mendatangkan eks Liga Primer tak menjadi jaminan klub akan sukses. Justru, Torres dkk hanya menguras kas klub saat ini. Maklum, mereka mendapat gaji yang terbilang besar di Serie-A pada musim ini. Torres digaji empat juta euro di Milan, Vidic (3,2 juta euro), Evra (2,4 juta euro), Cole (2,3 juta euro), Richards (1,7 juta euro).
Ke depannya, pemilik, presiden, dan manajemen klub bisa mempertimbangkan mendatangkan pemain bintang dari liga-liga minor. Contohnya dari Ligue 1 seperti pembelian Jeremy Menez. Namanya memang kurang tenar. Namun, setidaknya eks Paris Saint-Germain itu memberikan kontribusi positif untuk I Rossoneri. Dari 15 laga, Menez sukses mencetak delapan gol. Jauh lebih baik dari Torres.
Meningkatkan pamor harusnya menjadi tujuan kedua yang harus dilakukan oleh klub. Sebelum itu, pemilik, presiden, dan manajemen klub lebih dulu mementingkan peningkatan prestasi tim. Usai mengoleksi banyak trofi, pamor klub rasanya bakal terkerek dengan sendirinya. Sudah saatnya Serie-A tak silau dan menghentikan pembelian eks bintang-bintang Liga Primer.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(HIL)