Banu Rusman, menjadi korban kerusuhan suporter dalam laga Persita vs PSMS Medan di babak 16 besar Liga 2 Indonesia. Pertandingan yang dihelat di Stadion Mini Persikabo, Cibinong, Bogor, berakhir ricuh. Suporter PSMS yang kebanyakan juga anggota TNI menyerang suporter Persita yang memaksa masuk ke lapangan seusai laga.
Tigor mengakui tensi panas terjadi seiring kompetisi akan segera berakhir. Dia berharap, gesekan antarsuporter bisa diminimalisir agar kejadian serupa tidak terulang lagi.
"Saya pikir ini sesuatu yang menjadi bagian dinamika kompetisi. Menjelang babak-babak penentuan pasti kita akan temui hal-hal seperti ini. Kita cuma berharap hal-hal seperti ini bisa diminimalisir, kemudian juga masing-masing pihak bersikap dewasa untuk menyikapi ini semua," ujar Tigor saat ditemui di Kuningan, Jakarta, Jumat 13 Oktober 2017.
"Dalam kompetisi akan ada yang menang dan kalah, tapi jangan diakhiri dengan tindakan-tindakan yang anarkis," lanjutnya.
"Kami juga berusaha sangat berhati-hati untuk menyikapi apa yang terjadi di Cibinong kemarin antara Persita dan PSMS, karena ini melibatkan institusi lain. Kita juga melihatnya walaupun sebenarnya apapun itu selama dalam pertandingan sepak bola kemudian pihak-pihak yang mengganggu jalannya pertandingan, pasti kita hukum dengan aturan yang ada," pungkas Tigor.
Korban Banu Rusman menghembuskan napas terakhir pada Kamis 12 Oktober di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, Cawang, Jakarta Timur. Setelah disemayamkan di Serpong, Banu dimakamkan di Pekalongan.Baca juga: Panpel Persija Antisipasi Jakmania Soal Keributan Suporter
Tewasnya Banu, seolah awan duka kembali menyelimuti sepak bola Indonesia. Suporter Persita itu tewas usai partai Persita vs PSMS Medan. Dalam laga yang dimenangkan PSMS itu, sekelompok suporter Persita yang tidak terima memasuki lapangan. Bentrokan meluas hingga ke luar Stadion Mini Persikabo, Cibinong, Kabupaten Bogor, hingga menewaskan Banu.
Video: Bhayangkara FC Terancam tak Bisa ke Level Asia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RIZ)