Pertumbuhan transaksi ritel e-commerce yang sangat pesat di Tiongkok, bahkan mengalahkan Amerika Serikat, membuat pelaku industri di seluruh dunia tercengang. Tak terkecuali para pengusaha di Indonesia. Apalagi, jika mengingat AS selama ini diketahui merupakan negara adidaya yang menjadi kiblat ekonomi global dan sekaligus tempat kelahiran internet. Maka, kenyataan Tiongkok yang lebih maju dalam bisnis e-commerce ini jelas tak bisa dianggap sesuatu yang remeh.
Transaksi e-commerce Tiongkok pada tahun 2011, pasar online Tiongkok market hanya bernilai RMB784,53 miliar (Rp1.700,1 triliun), tumbuh 70,2 persen dibanding tahun sebelumnya. Dalam dua tahun, nilainya naik lebih dari dua kali lipat, mencapai RMB1.892,49 miliar (Rp4.102,28 miliar) pada 2013. Transaksi ritel e-commerce saat ini telah menguasai 10,7 persen pasar ritel Tiongkok. Terus berkembang dibanding dengan tahun sebelumnya.
Bukan hal tidak mungkin e-commerce Indonesia berkaca ke Tiongkok. Secara demografis dan prilaku konsumen, Indonesia tidak jauh berbeda dengan Tiongkok. Jumlah penduduk Indonesia saat ini sudah mencapai 250 juta lebih. Pengguna internet pun sudah mencapai 120 juta.
Potensi ini masih bisa digali lebih dalam. Dari 120 juta pengguna Internet, belum sampai 5 persennya aktif menggunakan e-commerce. Dari segi volume ritel di Indonesia pun, e-commerce baru memberi kontribusi kurang dari 1 persen. Padahal pada tahun 2014 saja, bisnis e-commerce Indonesia sudah bernilai USD12 miliar.
Jika berbicara tentang kesuksesan e-commerce Tiongkok, tak bisa dilepaskan dari peran Alibaba Group Holding Ltd. Alibaba mencatat rekor sebagai perusahaan yang mengadakan penawaran saham ke publik (IPO) terbesar dalam sejarah pasar saham AS. Saat menyelenggarakan IPO, raksasa ritel online asal Tiongkok itu menjual sahamnya pada harga USD68 pada sesi awal transaksi di Bursa Efek New York AS, Jumat 19 September 2014.
Saham Alibaba langsung menguat karena diburu oleh investor-investor besar hingga berakhir pada level USD93,98 atau melonjak 47 persen pada penutupan perdagangan. Rekor ini menjadikan Alibaba yang didirikan oleh Jack Ma tersebut menjadi perusahan dengan nilai tertinggi yang penah ada. Nilai perusahaan Alibaba yang meningkat hingga USD231 miliar, atau lebih dari Rp2.700 triliun, telah melampaui gabungan valuasi dua perusahaan e-commerce rivalnya di AS, yaitu Amazon.com Inc dan EBay Inc. Sebelumnya, saham Amazon dan eBay merupakan favorit para investor di Wallstreet.
Alibaba didirikan pada tahun 1999 oleh Jack Ma, pria yang pernah bekerja sebagai guru bahasa Inggris di Hangzhou, kota di Tiongkok yang berpenduduk kurang lebih 2,4 juta orang dan dikenal karena tanah pertaniannya yang subur. Sebagai guru, Ma menerima bayaran kurang dari USD16 (sekitar Rp200 ribu) per bulan.
Namun, Ma yang dulunya hanya seorang guru miskin itu kini menjelma jadi pengusaha dan orang terkaya di Tiongkok berkat kesuksesannya memimpin Alibaba hingga berhasil melakukan ekspansi bisnis secara agresif ke Amerika.
Awalnya, Ma membuat perusahaan pengelola situs jual beli maya dengan modal sebesar USD80.000 yang dikumpulkan dari 80 investor. Alibaba kemudian bermitra dengan perusahaan mesin pencari Yahoo! Inc pada 2005. Dengan menyerahkan 40 persen sahamnya, mereka mendapat bantuan suntikan dana sebesar USD 1 miliar.
Alibaba kemudian berusaha menarik usaha kecil menengah (UKM) dan industri kecil menengah (IKM) yang berada di desa-desa timur Tiongkok. Pertumbuhan Alibaba terbantu oleh kesuksesan Liu Yugao merubah desanya menjadi desa on-line.
Liu, seorang mantan petani, mendorong pertumbuhan bisnis UKM di desanya. Banyak toko-toko tua konvensional kemudian berbisnis online. Lebih dari 22 persen dari 7 juta toko online yang terdaftar di Alibaba, berbasis di desa dan kota kecil.
Lambat laun Alibaba semakin dikenal menjadi salah satu pemain terbesar dan berhasil mempertahankan Tiongkok dari gempuran e-commerce asing yang masuk. Salah satunya adalah eBay, raksasa ritel online asal AS yang masuk ke Tiongkok pada 2003, terpaksa menutup jaringannya di Negeri Tirai Bambu itu dua tahun kemudian.
Kurang dari 15 tahun sejak didirikan, Alibaba telah menguasai 80 persen transaksi penjualan retail di China. Bahkan, berhasil menembus pasar Amerika Serikat yang dikuasai Amazon dan eBay.
Alibaba juga didaulat sebagai sebagai pelaku e-commerce dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Laporan keuangan Alibaba menunjukkan perusahaan mendapat kenaikan penjualan sebesar 46 persen menjadi USD2,54 miliar pada kuartal kedua 2014. Selain itu, laba bersih perusahaan juga naik tiga kali lipat menjadi USD1,99 miliar dibanding tahun sebelumnya.
Keberhasilan Alibaba dalam mendominasi e-commerce di Tiongkok, khususnya di ranah mobile, ditunjukkan dengan mengalaskan kompetitor terdekatnya, Tencent. Pendapatan mobile Alibaba pada kuartal kedua 2014 mencapai USD400 juta, atau naik US$190 juta dibanding kuartal sebelumnya.
Kini aset Alibaba sudah mencapai USD158,33 miliar (Rp2185,11 triliun) dengan jumlah pekerja 34 ribu. Pemasukan Alibaba selama setahun terakhir mencapai USD12,7 miliar (Rp175,4 triliun), dengan pendapatan bersih USD6,72 miliar (Rp92,74 triliun).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News