Namun pengembangannya kala itu mungkin belum secanggih versi saat ini, dan belum secara langsung bersinggungan langsung dengan masyarakat umum, sehingga tidak banyak masyarakat yang menyadari kehadiran teknologi ini.
Dalam berbagai sektor, AI telah membuktikan potensinya dalam mengubah cara hidup dan bekerja masyarakat. Saat ini, ranah teknologi AI ini telah mencakup ranah AI generatif, atau kerap disebut sebagai GenAI (Generatif AI).
Seputar AI Generatif
Secara umum, Artificial Intelligence (AI) merupakan teknologi yang dirancang untuk membuat sistem komputer mampu meniru kemampuan intelektual manusia. AI memungkinkan komputer untuk belajar dari pengalaman, mengidentifikasi pola, membuat keputusan dan menyelesaikan tugas rumit dengan cepat dan efisien.Teknologi AI mencoba meniru kecerdasan manusia dalam tugas komputasi nontradisional, seperti pengenalan gambar, pemrosesan bahasa alami (NLP), dan terjemahan. AI generatif adalah langkah selanjutnya dalam kecerdasan buatan.
BACA JUGA: AI Generatif Bisa Buka Kapasitas Produksi Indonesia Senilai Rp3.860 Triliun
GenAI berbeda dengan AI pada umumnya, karena berkemampuan menghasilkan karya digital baru, baik berbentuk teks, foto, musik hingga video. Ciri utama GenAI adalah kemampuan menerjemahkan instruksi sederhana menjadi karya.
Untuk memiliki kemampuan ini, algoritma GenAI harus melalui tahap pembelajaran intensif dengan data berjumlah besar sehingga dapat mempelajari pola yang tersirat pada data tersebut. Selain itu, algoritma GenAI juga harus menjalankan teknik belajar efisien agar proses pembelajaran tersebut menjadi efektif.
Pengguna dapat melatih GenAI untuk mempelajari bahasa manusia, bahasa pemrograman, seni, kimia, biologi, atau materi lain. GenAI menggunakan kembali data pelatihan untuk memecahkan masalah baru.
BACA JUGA: Ini Dampak Positif dan Negatif dari Generative AI
GenAI bekerja menggunakan model Machine Learning (ML), model sangat besar yang telah dilatih sebelumnya dengan data dalam jumlah besar. ML ini memiliki dua model yaitu model dasar atau Foundation Model (FM) dan model bahasa besar atau Large Language Model (LLM).
Secara umum, FM menggunakan pola dan hubungan yang dipelajari untuk memprediksi item berikutnya secara berurutan. LLM secara khusus difokuskan pada tugas-tugas berbasis bahasa, seperti ringkasan, pembuatan teks, klasifikasi, percakapan terbuka, dan ekstraksi informasi.
Model GenAI dapat menambahkan alur kerja pegawai dan bertindak sebagai asisten efisien untuk semua orang di organisasi. Model ini dapat melakukan berbagai hal, dari pencarian hingga penciptaan dengan cara yang mirip dengan manusia. Selain itu, GenAI juga bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas untuk berbagai tipe pekerja.
Saat ini, sejumlah model GenAI mengalami lonjakan popularitas di kalangan masyarakat, dan salah satu yang paling dikenal konsumen saat ini adalah ChatGPT. Namun, terdapat model GenAI lain yang juga populer di kalangan konsumen yaitu Stable Diffusion, Microsoft Copilot, Google Bard.
BACA JUGA: Sambut Era AI Generatif, Google Siapkan Sejumlah Program
Sejumlah contoh teknologi GenAI di atas lebih menawarkan kemudahan bagi penggunaan umum, misalnya cara mengeksplorasi informasi dan pengetahuan yang lebih mudah dari internet dibandingkan harus meng-googling satu per satu.
Boleh dibilang beberapa model GenAI tadi menjadi cara untuk mempopulerkan teknologi ini dalam hal yang lebih kreatif dan populer. Sementara itu, sejumlah GenAI yang saat ini tengah naik daun di kalangan pengguna enterprise termasuk Nvidia AI Enterprise, IBM WatsonX, Google Duet AI for Workspace, dan Microsoft Copilot 365.
BACA JUGA: Berdayakan Bisnis untuk Menggali Potensi AI Generatif Demi Transformasi Digital
Teknologi GenAI yang dikemas untuk pengguna enterprise menampilkan praktik atau implementasi teknologi untuk kebutuhan industri yang lebih jelas outputnya. Tidak hadir dalam bentuk yang sudah jadi, Nvidia AI Enterprise, IBM WatsonX, Google Duet AI for Workspace, dan Microsoft Copilot 365 menyediakan platform bagi penggunanya mengembangkan GenAI sendiri dari model yang sudah ada.
Persiapan Indonesia untuk AI Generatif
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko menegaskan bahwa pemerintah Indonesia juga sudah menaruh perhatian terhadap teknologi AI termasuk pengembangan ke depan dan panduan untuk mencegah kerugian yang ditimbulkan.BACA JUGA: Bicara Soal Etika di Ranah Artificial Intelligence
Hal tersebut tertuang dalam Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial Indonesia yang rencananya akan dijadikan Peraturan Presiden (Perpres) dan saat ini sudah masuk dalam Program Legislasi Nasional Prioritas (Prolegnas).
Menurutnya, ada beberapa tantangan dalam mewujudkan etika kecerdasan artifisial di era digital. Bukan soal infrastruktur, melainkan kepercayaan manusia atau masyarakat dan talentanya.
Dia memandang teknologi AI itu hanya alat tapi berbasis data, sama seperti otak manusia bahwa kecerdasan itu karena ada basis data atau informasi yang terakumulasi. Apabila tidak ada data maka AI tidak akan berkembang.
President Director IBM Indonesia, Roy Kosasih juga menyebutkan bahwa teknologi Artificial Intelligence (AI) kini telah menjadi tren yang tidak hanya merupakan keinginan, tapi kebutuhan dan kepastian bahwa setiap perusahaan atau organisasi dunia, termasuk Indonesia, harus menggunakannya.
BACA JUGA: 5 Top Tren Teknologi di 2024, AI Plus Bukan Plus AI
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berkomitmen menyiapkan sebuah regulasi khusus dalam mengatur kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Kominfo sudah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor 9 Tahun 2023 tentang Etika Kecerdasan Artifisial.
"Dalam waktu dekat kami juga akan mulai melakukan langkah-langkah penyiapan regulasi AI yang bersifat mengikat secara hukum, melalui regulasi tersebut kami harapkan dapat menghadirkan kepastian hukum dalam pemanfaatan dan pengembangan AI," kata Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi di Jakarta, Jumat, 22 Desember 2023.
BACA JUGA: Kominfo Dukung Pengembangan Ekosistem Teknologi AI: Jangan Mubazir
Menurut Budi, kehadiran SE tentang Etika Kecerdasan Artifisial menjadi babak pembuka untuk selanjutnya menyiapkan regulasi yang mengikat. Meski sifat SE Etika Kecerdasan Artifisial bukan aturan yang berkekuatan hukum, namun apabila ditemukan pelanggaran dari pelaku industri saat memanfaatkan atau mengembangkan AI, pelaku industri masih tetap bisa dikenakan sanksi atau hukuman sesuai aturan yang berlaku.
Penutup
Melihat diskusi terkait teknologi AI khususnya GenAI di Indonesia, hampir seluruhnya menyebutkan peran masyarakat dan manusia di dalamnya. Hal ini menandakan bahwa manusia tetap berada di balik perkembangan AI dan memegang kendali AI.Sesuai dengan pernyataan Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko yang tidak memandang negatif teknologi AI sebagai hal negatif melainkan alat untuk mempermudah kehidupan manusia. Jadi teknologi AI tidak akan pernah menggantikan peran manusia di belakangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News