Wakil Wali Kota Kaohsiung Charles Lin menuturkan melalui Kaohsiung SCSE 2025, pihaknya ingin meningkatkan kerja sama industri dan peluang bisnis. Pemerintah kota telah mengintegrasikan teknologi 5G, AI, IoT, dan ekonomi sirkular untuk menciptakan ekosistem lintas industri.
Acara dihadiri lebih dari 150 peserta pameran, 500 stan, dan 220 forum profesional yang menampilkan solusi kota pintar. Lin menyebut acara mengintegrasikan sumber daya dari industri, pemerintah, akademisi, dan lembaga penelitian untuk membangun investasi domestik dan internasional serta aliansi strategis.
"Jadi, acara ini bukan hanya untuk pameran, tetapi juga untuk kerja sama industri," kata Lin dalam konferensi pers, Kamis, 20 Maret 2025.
Melalui acara ini, pihaknya juga ingin mendorong partisipasi warga dalam pembangunan kota. Dia menuturkan, sebelumnya warga tidak tahu apa itu kota pintar.
Namun, saat ini, bila ditanyakan kepada warga Kaohsiung, mereka cukup familiar dengan kota pintar. Sebab, pemerintah mempromosikan banyak solusi yang ditargetkan untuk warga.
Dia mendorong warganya menikmati solusi kota pintar. Tahun lalu, Kaohsiung SCSE ketiga dihadiri 40.000 orang, di mana paling banyak adalah warga setempat.
Lin mengatakan perkembangan tren AI membuat pihaknya ingin lebih banyak warga berpartisipasi dalam mengintegrasikan layanan publik berefisiensi tinggi ke dalam kehidupan sehari-hari. Karena, mereka harus berurusan dengan transportasi pintar, perawatan medis, dan cukup mudah bagi orang untuk mendapatkan sepeda elektronik atau skuter elektronik.
"Jadi itu adalah salah satu solusinya. Sebagian besar dari mereka adalah solusi dari AI dan sebagian besar dari mereka adalah ide kota pintar," tutur dia.
Baca juga: Kunci Sukses Taiwan Manfaatkan AI: Kolaborasi Industri dan Investasi Tepat Sasaran |
Dia mencotohkan Kaohsiung memiliki beberapa daerah pegunungan. Dulu, pihaknya tidak dapat memberikan layanan terbaik untuk warga di pegunungan.
Untuk itu, pemerintah Kaohsiung meminta pihak berwenang dan kementerian transportasi untuk mengubah Uber sebagai bus. Jadi, penduduk bisa menggunakan telepon atau panggilan gratis untuk melakukan pemesanan.
Dia menyebut Uber menjadi bus dan tidak memiliki jadwal. Ketika warga memanggil, maka akan dikirimkan ke rumah.
Terpenting, kata Lin, warga membayar dengan harga yang sama dengan harga bus di dalam kota. Bahkan, orang yang lebih tua atau 60 tahun, semuanya gratis.
"Jadi itu adalah salah satu solusi dan itu diakui sebagai layanan yang paling canggih dan paling populer untuk daerah pinggiran kota, terutama di daerah pegunungan. Jadi itulah salah satu contohnya. Jadi orang-orang cukup memahami bahwa pusat kota menggunakan teknologi untuk membuat kota menjadi lebih pintar," tutur dia.
Kaohsiung SCSE 2025 juga menjadi pertukaran ide kota pintar internasional dan diplomasi ekonomi. Tahun ini, phaknya berharap dapat menarik perwakilan kota global dan organisasi internasional, seperti pihaknya memiliki hubungan yang panjang dengan ICRE (International Conference on Residency Education)
Lin senang adanya perwakilan dari Open & Agile Smart Cities (OASC). Mereka berasal dari 24 negara, 80 kota, dan 16 organisasi, dengan lebih dari 200 delegasi luar negeri melalui forum internasional dan kegiatan bisnis.
"Acara ini akan mendorong kerja sama teknis, secara signifikan meningkatkan dampak budaya dalam lanskap diplomasi kota pintar dan ekonomi global. Jadi, ini bukan hanya untuk bisnis, tapi multifungsi," tegas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News