"Kedai-kedai kopi memiliki cerita yang bisa dieksplorasi. Baik dari kedai kopi pertama yang ada di Jakarta yang sampai saat ini masih bertahan di tengah kedai kopi lainnya. Jadi kita bisa menambah ilmu sambil menikmati kopinya yang sudah pasti enak," ujar Cindy Tan selaku pemandu tur dari Jakarta Good Guide.
.jpg)
(Di era baru, wisata bisa dilakukan melaui virtual. Ini hasil kerja sama antara Kemenparekraf dengan Komunitas Jakarta Good Guide. Foto: Dok. Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf)
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Berwisata kopi juga memungkinkan siapapun belajar liku-liku tentang kopi mulai dari sejarah kopi. Kemudian, juga perkembangannya dari masa ke masa, hingga saat ini masuk ke era di mana kopi tidak hanya menjadi salah satu minuman favorit tapi juga gaya hidup masyarakat.
Pada wisata virtual yang berlangsung selama dua jam, para peserta yang berjumlah lebih dari 200 orang diajak ke beberapa tempat kopi ikonik di Jakarta. Mulai dari Toko Kopi Luwak Gondangdia, Toko Kopi Sedap Jaya Jatinegara, Toko Kopi Warung Tinggi, dan Warung Kopi Takkie. Selain itu, juga Phoenam, Kwang Koan, Kong Djie dan Bakoel Koffie.
Candha Adwitiyo selaku CoFounder Jakarta Good Guide mengatakan, di Jakarta banyak sekali kedai kopi dengan berbagai cerita dan sejarahnya untuk ditelusuri. Hal-hal seperti inilah yang menjadi kegiatan komunitas Jakarta Good Guide, yang selalu menelisik destinasi-destinasi menarik di Jakarta.
"Komunitas Jakarta Good Guide ini tak jauh dari jalan-jalan, menelisik destinasi-destinasi menarik. Salah satu yang rutin dilakukan adalah walking tour bersama sejumlah turis asing yang berwisata di wilayah Jakarta," tuturnya.
(Berwisata kopi virtual antara Kemenparekraf dengan Komunitas Jakarta Good Guide. Foto: Dok. Komunitas Jakarta Good Guide)
Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf RI Agustini Rahayu mengatakan bahwa Ngabuburit Wisata Kopi tidak hanya menyajikan pengalaman dan wawasan baru mengenai kopi dan tempat-tempat kopi legendaris di Jakarta. Tapi, juga menunjukkan bagaimana pandemi membawa kita menuju kondisi New Normal.
Masyarakat ditunjukkan bagaimana teknologi dan media digital membawa masyarakat pada rutinitas dan cara hidup yang baru. Dengan kondisi saat ini, tidak bisa ke mana-mana, bukan berarti masyarakat tidak bisa menjadikan pariwisata sebagai gaya hidup kita.
"Keterbatasan ini tidak bisa membuat kita diam. Kegiatan virtual seperti ini membuka peluang baru di era new normal. Mau tidak mau suka tidak suka, kita akan memanfaatkan teknologi. Meskipun tidak bisa menggantikan experience ketika kita berkunjung langsung ke destinasi wisata," paparnya.
Sementara itu, wisata virtual bersama komunitas ini merupakan kali pertama diselenggarakan oleh Kemenparekraf. Diharapkan ke depan akan ada wisata virtual lainnya dengan tema yang berbeda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)