Berkunjung ke kota musik ini, jelas tidak lengkap tanpa singgah ke sanggar-sanggar musik terkenal di sana. Ada yang sudah berumur puluhan tahun dan melalui musik menjadi motor penggerak perubahan kota dari dampak kerusuhan komunal.
"Kota Ambon sedang giat-giatnya menghapus stigma kondisi kurang aman dan stabil. Kita ada program 'Mangente Ambon' 2015, ini adalah gerakan moral untuk kepedulian masyarakat Maluku dan khususnya masyarakat Ambon di seluruh Indonesia," kata Walkot Ambon, Richard Louhanapesy.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Salah satu bentuk kegiatan gerakan moral ini melalui pertunjukan musik yang melibatkan Molucca Bamboowind Orchestra. Sejak 10 tahun silam orkes musik suling bambu ternama Ambon ini terlibat aktif mempelopori aksi moral melalui musik.
"Walkot Marcus Jacob Papilaja saat itu menginginkan acara yang dapat menunjukan jati diri masyarakat Maluku yang cinta seni dan damai. Kemudian dibentuklah komunitas ini," ujar Rence Alfons, mengenang pendirian orkes yang dipimpinnya pada September 2005.
"Sambutan masyarakat sangat positif. Masyarakat Ambon sudah lama tidak mendengar alunan dari suling bambu. Nah sejak 2007 kami diberikan dana untuk mengadakan konser tahunan, program ini dilanjutkan walkot yang baru," sambungnya.
Orkes Musik Hadrat Batu Merah dan Sanggar Seni Wairang Negeri Soya dari komunitas berbeda juga ikut andil dalam konser tahunan. Komunitas Batu Merah dikenal melalui seni musik Hadrat. Hadrat adalah musik tradisional bagi umat muslim di seluruh Indonesia, khususnya di Maluku sebagai musik yang dimainkan untuk merayakan hari besar keagamaan seperti Hari Raya Idul Adha, Maulid Nabi, dan perkawinan.
Kegiatan konser bersama ini sebetulnya bagian tradisi telaga dong yang merupakan ikatan antar wilayah untuk saling mengangkat saudara satu sama lain. Walaupun berbeda keyakinan yang dianut, kedua komunitas ini justru membaur dan berkolaborasi sebagai tanda perdamaian di kota Ambon.
Setelah membicarakan seni dan budaya setempat, alangkah lebih afdol jika kita berkunjung ke kota Ambon ini, kita wajib hukumnya untuk mencicipi makanan khas Maluku di Kafe Sibu-sibu.
Mungkin bagi kita namanya terdengar aneh, sibu-sibu menurut bahasa setempat artinya angin sepoi-sepoi. Untuk makanan yang disediakan disini antara lain, sinoli, bubur sagu, cake sagu, dan kayabo yang terbuat dari singkong dan buah pala.
Sebagai teman makan alangkah lebih enaknya lagi sampil menyeduh kopi khas Maluku, yaitu kopi latobong yang dimasaknya memakai rempah-rempah. Untuk rasanya tidak perlu ditanya lagi, pastinya enak, rasa kopi ini justru lebih mirip dengan minuman bandrek.
Penasaran dengan kelanjutan cerita ini? Simak perbincangan Yovie Widianto, Lala Timothy, dan Oppie Andaresta dalam IDEnesia di Metro TV pada Kamis (/4/2015) pukul 22.30 WIB. Jangan lupa, ikuti kuis IDEnesia dan Galeri Indonesia Kaya dengan follow twitter @IDEnesiaTwit atau @IndonesiaKaya.
Ingat, ada bingkisan menarik bagi pemenangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(LHE)