Salah satunya, industri pariwisata harus dapat menjadi core atau DNA dari perekonomian Indonesia. Sebab, sektor pariwisata telah dipercayakan Presiden sebagai leading sector. Pendapatan devisa negara dari sektor ini pun diharapkan menjadi yang terbesar.
"Menurut saya pariwisata dan ekonomi kreatif akan menjadi penghasil devisa terbesar. Karena itu tugas dari Presiden, industri pariwisata yang paling mudah dan murah untuk mendapatkan devisa," ujar Arief di Gedung Sapta Pesona, Kemenparekraf, Jakarta Pusat.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Arief memaparkan, devisa pariwisata tahun 2018 berada di angka 19,35 miliar dolar Amerika Serikat. Sedangkan, tahun 2019 diprediksi bisa mencapai 20 miliar dolar Amerika Serikat.
Ia pun mengingatkan bahwa Presiden Jokowi merupakan tipe orang yang sangat fokus soal target kerja. Harapan Arief, pengembangan destinasi pariwisata bisa diselesaikan.
Terlebih pada lima destinasi super prioritas pada 2020 nanti. Di antaranya, Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang. Arief juga menyebutkan harapannya agar ranking pariwisata Indonesia bisa mengalahkan Thailand dan Malaysia.
Arief mengutarakan kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Wishnutama, meningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) juga tidak boleh ditinggalkan. Supaya nantinya, bisa setara dengan level internasional.
"SDM jangan mundur yang saya tetapkan. Kurikulum harus level dunia, semua lulusan harus disertifkasi minimal level Asia," imbuhnya.
Peningkatan kualitas masyarakat dinilai sangat penting saat membangun destinasi wisata. Sebab, menurutnya, justru lebih baik membangun masyarakat di sekitar yang harus lebih dahulu dilakukan dibandingkan membangun resort.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(FIR)