Resort Puribrata berada di Desa Kalimundu, Bantul, Yogyakarta. Penginapan nan hijau dan tenang dengan konsep tiga rupa karakteristik ruang. (Foto: Arthurio Oktavianus)
Resort Puribrata berada di Desa Kalimundu, Bantul, Yogyakarta. Penginapan nan hijau dan tenang dengan konsep tiga rupa karakteristik ruang. (Foto: Arthurio Oktavianus)

Resor Tenang dalam Tiga Rupa

Rona wisata yogyakarta jawa tengah
Arthurio Oktavianus Arthadiputra • 30 April 2020 06:00
Yogyakarta: Satu resor di Kota Yogyakarta yang menjadi rekomendasi adalah Puribrata. Berada di Desa Kalimundu, Bantul, Yogyakarta, yang berjarak sekitar 24 kilometer dari pusat kota, Puribrata menjadi resor tak biasa, yang dapat dijabarkan dalam tiga rupa berdasarkan karakteristik ruangnya.
 
Tempat ini berada di tengah pemukiman penduduk desa dan menjadikan tempat ini unik. Meski seperti tak memiliki batas dengan kehidupan perkampungan sehari-hari, penduduk sangat menghargai privasi tamu yang menginap. 
 
Kenyamanan para tamu Puribrata yang berjalan kaki atau bersepeda di area persawahan penduduk, terwujud dalam senyum ramah dan tegur sapa tulus para penduduk saat berpapasan. 

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Apalagi, bangunan ini dikelilingi jalan desa yang sering dilewati penduduk. Sehingga yang menginap seperti bukan tamu asing, tapi seperti kembali ke rumah sendiri yang tenang untuk merefleksi diri.
 
“Konsep dasar dibangunnya tempat ini adalah agar yang menginap bukan seperti tamu, melainkan keluarga yang kembali pulang ke rumah untuk berdiskusi atau mengobrol ringan berbagi pengalamannya,” ujar Owner Resort Puribrata, Cahyo Bandono, beberapa waktu lalu.
 
Perencanaan pembangunan tiap area pun digarap serius dan dibagi dalam tiga rupa karakteristik ruang. Area Timur mewakili karakteristik hubungan manusia dengan manusia, area tengah representasi manusia dengan alam dan area Barat menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhan.
 
Resor Tenang dalam Tiga Rupa
(Ruang tanpa sekat yang tenang membuat pengunjung bisa larut tenggelam dalam buku-buku yang dibacanya. Foto: Arthurio Oktavianus) 

Tenang dan nyaman

Memiliki area seluas 5500 meter persegi, Resort Puribrata melingkupi 14 rumah kayu tradisional dengan nama-nama tembang Jawa. Seperti Asmaranada, Pucung, Durmo, Gambuh, Kinanthi, Geguritan, Pangkur, Dandanggulo, Sinom dan lainnya. 
 
“Tamu yang datang ke sini bisa menginap di kamar dengan tiap unit kamar yang berbeda. Suasana taman, landscapenya berbeda, arah pandangan berbeda, viewnya ketika mereka duduk di area kamar,” jelas Cahyo. 
 
Ketenangan dan kenyamanan orang yang menginap menjadi prioritas pengelola Resort Puribrata. Di unit-unit kamar tidak disediakan televisi dan telepon, tapi fasilitas hospitality lengkap. Nuansa hijau tanaman menjadi pemandangan yang tenang dan nyaman.  
 
Tamu bisa bertemu dan berkenalan di ruang tengah atau ruang keluarga, sehingga dari pertemuan itu tamu bisa saling berdiskusi atau pun mengobrol. 
 
Bila ingin membaca, bisa menuju ruang Mijil sebagai ruang perpustakaan yang berisi buku-buku menarik, seperti buku tentang lukisan yang dikoleksi oleh Soekarno.
 
Area yang memiliki jaringan internet untuk tamu adalah ruang kerja di bangunan tengah yang sangat luas dan nyaman. Berlantai tegel kunci dan berupa pondok limasan, ornamen-ornamen yang mengisi area kerja sangat menarik dan antik.
 
Resor Tenang dalam Tiga Rupa
(Mijil sebagai perpustakaan yang meyimpan banyak buku-buku menarik untuk dibaca. Foto: Arthurio Oktavianus)

Selaras 

Membangun unit rumah penginapan sejak tahun 1998, tempat ini mulai menerima tamu di tahun 2000 sambil menyelesaikan konstruksi maketplan. Namun, hanya tamu rekomendasi saja yang diterima menginap.
 
“Ketika si A menginap, dapat kabar dari si B yang pernah menginap di sini, saya akan telepon ke B dan menanyakan apakah kenal dengan si A. Kalau seandainya tidak kenal, tidak akan kita terima menginap,” katanya. 
 
Menurut Cahyo, walaupun orang tersebut memaksa dan bilang punya uang, mau menginap. Itu tidak bisa. Jadi, ketika orang menginap, berarti si A dengan si B itu karakternya pasti sama. Menginap untuk mencari keselarasan antara manusia, alam dan refleksi diri.
 
“Tanaman tidak boleh ditebang, kalau tidak memiliki pengganti tanaman tersebut. Misal, ketika mau menebang pohon jambu, saya harus punya stek atau pun bibit jambu pengganti, baru bisa dipotong atau dipindah,” kata Cahyo.
 
Menu yang disuguhkan di sini pun berasal dari bahan-bahan berupa tanaman yang ada di lingkungan tempat ini dan yang ditanam oleh penduduk setempat. Keunggulan lain dari menu yang disantap adalah tidak menggunakan penyedap rasa pabrikan.
 
Resor Tenang dalam Tiga Rupa
(Megatruh sebagai ruang doa bagi semua kepercayaan yang berkonsep alfa dan omega. Foto: Arthurio Oktavianus)

Ruang doa

“Nama Puribrata diambil dari nama eyang, namanya Brotosudibyo. Seorang lurah generasi ketiga di sini, mengikuti jejak eyang pertama (Mbah Kaji) dan kedua (Mbah Kartoredjo). Memang eyang pertama juga pendiri desa ini. Kita sudah empat generasi di sini,” tutur Cahyo.
 
Ada ruang doa bernama Megatruh, yang dibangun berlatar kebiasaan keluarga yang dijalankan turun temurun, berada di bagian barat Puribrata.
 
“Tempat ini dahulunya persinggahan pastor-pastor Belanda usai dari Ganjuran, Kulonprogo. Mereka selalu singgah dan istirahat di sini. Itu awalnya dilakukan oleh eyang kami dan diteruskan sampai sekarang. Bahkan dilakukan juga misa setiap Kamis Kliwon di ruang doa,” jelasnya.
 
Kenapa Kamis Kliwon? Dulu, kata Cahyo, anak-anak eyang sekolahnya tidak di desa sini. Guna menuntut ilmu harus bersekolah ke Kota Yogya, Solo, Bantul kota. Biasanya pulang minta duit ke orang tua itu setiap Kamis Kliwon.
 
Datang ke eyang putri untuk minta uang. Tapi syarat dari eyang, sebelum mendapat uang ada doa keluarga terlebih dahulu. Awalnya hanya ada delapan keluarga inti saja yang melakukan misa kecil. 
 
“Itu berlangsung terus sampai paman yang paling kecil jadi pastor. Tiap Kamis Kliwon paman selalu datang dan tradisi doa keluarga terus berlanjut. Kini, jumlah orang yang mengikuti misa bertambah. Dari delapan keluarga, sekarang bisa hingga 600 orang,” katanya. 
 
Ruang doa juga dibangun untuk semua keyakinan, disetting dengan menghadap ke arah barat. Jadi, ketika masuk ruang doa, akan menghadap barat. Itu mengambil konsep alfa dan omega yang diwakili dari arah Timur dan Barat. 
 
“Mereka yang mau bermeditasi juga akan menghadap ke barat atau ke timur. Kalau ke timur mereka melihat tanaman dan air sebagai refleksi dari ketenangan. Kawasan doa ini memnag dibuat berbeda dari unit lainnya,” ungkap Cahyo. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TIN)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif