Sebuah penelitian kecil mengklaim, transpalansi tinja berguna untuk anak-anak penderita autisme. (Foto: Wholeparent)
Sebuah penelitian kecil mengklaim, transpalansi tinja berguna untuk anak-anak penderita autisme. (Foto: Wholeparent)

Penelitian Mengklaim Transpalansi Tinja Bermanfaat Terhadap Penderita Autisme

Rona autisme studi kesehatan
Anggi Tondi Martaon • 26 Januari 2017 11:49
medcom.id, Jakarta: Sebuah penelitian kecil mengklaim, transpalansi tinja berguna untuk anak-anak penderita autisme. 
 
Peneliti menemukan paralel antara gejala perilaku autisme dengan gangguan pencernaan dan perbaikan setelah melakukan transpalansi tinja.
 
"Transplantasi bekerja untuk orang dengan masalah pencernaan lainnya," ujar penulis utama studi Ann Gregory, seorang mahasiswa pascasarjana mikrobiologi di The Ohio State University. 

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Dan, dengan autisme, gejala gastrointestinal sering parah, jadi kami pikir ini bisa menjadi potensi berharga," tambah dia.
 
Dalam studinya, tim berpedoman pada temuan penelitian terdahulu yaitu anak-anak dengan autisme biasanya memiliki lebih sedikit jenis bakteri penting di dalam ususnya dan kurang keragaman bakteri secara keseluruhan. 
 
(Baca juga: Kenali Gejala Autisme pada Anak)
 

Penelitian Mengklaim Transpalansi Tinja Bermanfaat Terhadap Penderita Autisme
Tim peneliti menduga, kondisi tersebut disebabkan karena antibiotik yang diresepkan dalam tiga tahun pertama kehidupan.
 
Gregory menyebutkan, hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Microbiome itu meneliti 18 anak-anak penderita autisme dan juga masalah pencernaan parah. Usia peserta berkisar dari 7 - 16 tahun. 
 
Kemudian tim peneliti menggunakan kuesioner untuk menilai keterampilan sosial, emosi, hiperaktif dan komunikasi. Hasilnya, orangtua dan dokter melaporkan adanya perkembangan yang baik setelah menjalani delapan minggu pengobatan.
 
Penelitian Mengklaim Transpalansi Tinja Bermanfaat Terhadap Penderita AutismeTerlihat, rata-rata skor pada skala untuk gejala gastrointestinal turun 82 persen setelah menjalani pengobatan. Sedangkan rata-rata usia perkembangan meningkat 1,4 tahun.
 
Selain itu, peneliti juga meminta dokter anak untuk melakukan evaluasi sebelum dan sesudah diagnostik yang menunjukkan manfaat abadi. 
 
Meskipun begitu, peneliti menilai keterbatasan penelitian ini adalah ukurannya yang kecil. Peneliti juga memperingatkan agar keluarga tidak mencoba untuk meniru perawatan di rumah.
 

 


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TIN)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif