Meski begitu, nyatanya porsi makanan cepat saji tidak mengalami perubahan semenjak 20 tahun lalu. Padahal para ilmuwan menyatakan porsi makanan yang terlalu besar menyumbang 90% dari total asupan kalori orang dewasa setiap harinya.
Diketahui, rata-rata jumlah kalori, kadar garam, dan lemak jenuh masih tetap tinggi dalam makanan cepat saji, tapi para peneliti melihat adanya penurunan dalam jumlah lemak trans, jenis lemak yang dikaitkan dengan risiko penyakit jantung dan kolesterol.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Profesor Alice Lichtenstein dari Tufts University, AS, menemukan bahwa level kalori, sodium, dan lemak dalam junk food tetaplah sama selama 20 tahun terakhir. Namun memang kadarnya bervariasi pada setiap restoran. Adapun jenis junk food yang disorot Profesor Alice yakni keripik, burger, roti isi, dan minuman bersoda.
Ia pun menyarakan restoran cepat saji mengambil langkah lain untuk membantu menyehatkan konsumennya. "Hal ini bisa dilakukan dengan mengugrangi porsinya, kandungan sodium, daging serta keju," ucapnya. Studi Profesor Alice telah dimuat di jurnal Preventing Chronic Disease.
The World Health Organization (WHO) oun mengingatkan bahwa obesitas adalah pemicu terbesar untuk tingginya angka kematian secara global. Sekitar 3,4 juta dewasa meninggal setiap tahunnya karena kegemukan atau obesitas.
Adapun 44 persen disebabkan diabetes, 23 persen dari beban penyakit jantung, dan antara 7 persen dan 41 persen penderita kanker dikaitkan kepada kegemukan atau obesitas.(Raissa Sapardan/Daily Mail)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(PRI)