Jakarta: Perubahan hormon kerap dijadikan penyebab perubahan suasana hati yang menyolok pada wanita, terutama terkait siklus menstruasi atau menopause.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Kenyataannya, gangguan suasana hati pada wanita jauh lebih serius dan meluas. Studi populasi skala besar menemukan bahwa wanita 1,5 sampai 3 kali lebih mungkin menderita gangguan depresi mayor daripada pria.
Dalam sebuah studi yang baru diterbitkan, para pakar kesehatan wanita dari Universitas Alberta berpendapat perlu penelitian spesifik gender untuk lebih memahami hubungan hormon seks wanita dengan keadaan dan gangguan mood.
"Alasan perbedaan gender dalam tingkat depresi tidak sepenuhnya dipahami," kata Ketua Penelitian Kanada dalam Gangguan Stres pada Wanita di Universitas Alberta Kathy Hegadoren seperti dimuat dalam Science Daily.
"Tetapi ada bukti yang berkembang bahwa estrogen memiliki efek kuat di luar peran mereka dalam reproduksi. Estrogen berperan penting dalam gangguan suasana hati pada wanita, dan ini membuka jalan baru untuk penelitian ke dalam mekanisme biologis yang mendasari pengobatan depresi."
Estrogen digunakan untuk mengobati berbagai gangguan suasana hati pada wanita seperti depresi perimenopause, postmenopause dan postpartum. Tetapi hasil dari perawatan ini sulit ditafsirkan karena para peneliti baru mulai mengenali interaksi kompleks antara estrogen, serotonin, dan mood.
.jpg)
(Estrogen berperan penting dalam gangguan suasana hati pada wanita. Foto: Pexels.com)
(Baca juga: Suasana Hati Pengaruhi Cara Memeluk)
"Saat ini, penggunaan klinis terapi hormon seks untuk pengobatan gangguan suasana hati terhambat oleh ketidakmampuan untuk memprediksi wanita mana yang akan merespons terapi tersebut dengan baik," jelas rekan penulis studi dan profesor keperawatan A Gerri Lasiuk.
"Sebagian besar penelitian pada hewan yang melihat penyebab depresi dilakukan dengan hewan jantan dan menggunakan model stres kronis, yang dianggap mirip dengan depresi."
Penelitian Hegadoren dan Lasiuk mengakui bahwa beberapa faktor mungkin berperan dalam perkembangan gangguan mood, yaitu faktor individu, psikososial dan lingkungan berinteraksi menciptakan kerentanan diferensial pada wanita dan pria.
Tetapi mereka juga menunjukkan bahwa hubungan dengan hormon seks sulit untuk disangkal.
"Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa sebelum masa pubertas, tingkat gangguan mood dan kecemasan serupa pada anak laki-laki dan perempuan. Hanya setelah wanita memulai fungsi menstruasi, terjadi perbedaan gender dalam gangguan mood," kata Hegadoren.
Dalam pengamatan, wanita menjadi sangat rentan terhadap gangguan suasana hati selama masa fluks hormonal.
Sehingga mendukung pernyataan ada hubungan antara hormon seks dan suasana hati. Studi ini, ditulis bersama oleh Hegadoren dan Lasiuk, muncul dalam edisi Oktober 2007 dalam jurnal Biological Research for Nursing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)
