Hal ini terjadi karena lebaran kali ini dibarengi dengan pandemi covid-19. Pandemi ini telah mengubah banyak hal dari kehidupan kita.
Menurut Yulius Steven, M.Psi., Psikolog, dari Sahabat Kariib stres, cemas, atau sedih saat Lebaran adalah hal yang masuk akal terjadi. Ini karena orang-orang mengalami perubahan rutinitas.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Coba Anda lihat, kondisi covid-19 ini telah membuat beberapa orang jadi tak bisa pulang, tak bisa salat di masjid, tak bisa makan makanan rumahan. Saat rutinitas menyenangkan itu hilang, Anda jadi merasa hampa.
“Lebaran kali ini berbeda dengan rutinitas sebelumnya. Di tahun sebelumnya biasanya ada rutinitas agama, keluarga, dan sebagainya. Tahun ini lepas rutinitasnya karena covid-19,” jelasnya.
Selain itu, ketidakpastian juga berperan dalam perasaan negatif yang sedang Anda rasakan. Keadaan ini seakan-akan membuat Anda terus merasa terancam.
“Kemudian ada ketidakpastian. Ketidakpastian di covid-19, di prospek covid-19 ke depannya dan sebagainya. Kalau kita dihadapkan dengan hal tidak pasti ini, itu menjadi ancaman buat diri kita karena pada dasarnya manusia mencari keseimbangan,” ujarnya.
“Dengan hal tidak pasti ini kita otomatis menyimpang dari garis seimbangnya. Jadi hal tersebut buat cemas, stres, khawatir dan sebagainya,” tambahnya.
Karena tidak bisa datang secara fisik saat Lebaran ke orang-orang yang Anda pedulikan maka Anda bisa menggantikan tindakan sosial lainnya, misalnya mengirimkan parsel Lebaran yang dibutuhkan saat pandemi seperti berisi sayuran, bahan-bahan bumbu masak instan, atau kue Lebaran. Tetap isi kegiatan Anda dengan hal positif dan bermanfaat agar rasa kecewa tak mendalam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)
