Perokok dengan covid-19 lebih cenderung memerlukan intervensi medis intensif dibandingkan dengan mereka yang bukan perokok. (Foto: Pexels.com)
Perokok dengan covid-19 lebih cenderung memerlukan intervensi medis intensif dibandingkan dengan mereka yang bukan perokok. (Foto: Pexels.com)

Covid-19 Lebih Bahaya Terhadap Perokok?

Rona covid-19 perokok dan covid-19
Sunnaholomi Halakrispen • 12 April 2020 12:07
Jakarta: Perokok lebih rentan terhadap infeksi covid-19. Sebab, paru-paru para perokok mengandung banyak titik masuk yang dapat dimanfaatkan oleh virus, termasuk virus SARS-CoV-2 selaku penyebab penyakit covid-19.
 
Dilansir dari Live Science, infeksi covid-19 dimulai pada reseptor ACE2, protein yang terletak di permukaan sel di seluruh tubuh, termasuk di saluran pernapasan bagian atas dan bawah. 
 
Coronavirus yang menyebabkan covid-19, yang dikenal sebagai SARS-CoV-2, harus ditancapkan ke reseptor ACE2 untuk menyuntikkan materi genetiknya ke dalam sel, bereplikasi dan menyebar. 

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Kini, penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa paru-paru yang terpapar asap rokok menumpuk sejumlah besar reseptor ACE2 yang abnormal. Hal ini dapat membuat organ rentan terhadap kerusakan yang ditimbulkan oleh virus korona.
 
"Telah dilaporkan bahwa perokok yang mendapatkan covid-19 cenderung memiliki infeksi yang lebih parah daripada orang yang bukan perokok," ujar rekan penulis Jason Sheltzer, selaku peneliti di Cold Spring Harbor Laboratory di New York, dalam email Live Science.
 
Peningkatan reseptor ACE2 pun diyakini bisa menjadi salah satu alasan terbesar tentang mengapa perokok akan begitu sakit akibat coronavirus. 
 
Dr. Stephanie Christenson selaku asisten profesor di Divisi Paru-Paru, Perawatan Kritis, Alergi, dan Obat Tidur di University of California, San Francisco, pun menyampaikan pandangannya. 
 
"Jika ekspresi ACE2 tinggi, jika ekspresi ACE2 rendah dan apa artinya itu terhadap prognosis Anda secara keseluruhan, saya kira kita belum benar-benar mengetahuinya," tuturnya kepada Live Science.
 
Covid-19 Lebih Bahaya Terhadap Perokok?
(Penelitian lebih dari 1000 pasien di China, yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine, menemukan bahwa perokok dengan covid-19 lebih cenderung memerlukan intervensi medis intensif dibandingkan dengan mereka yang bukan perokok. Foto: Pexels.com)

Merokok terkait dengan infeksi parah

Sheltzer menjelaskan bahwa merokok terkait dengan infeksi parah. Bukti yang meningkat menunjukkan bahwa dibandingkan dengan bukan perokok, orang yang merokok memiliki risiko lebih tinggi terkena komplikasi parah dan meninggal akibat infeksi covid-19.
 
Misalnya, sebuah penelitian terhadap lebih dari 1000 pasien di China, yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine, menemukan bahwa perokok dengan covid-19 lebih cenderung memerlukan intervensi medis intensif daripada mereka yang tidak merokok. 
 
Dalam penelitian itu, sebanyak 12,3 persen dari perokok saat ini dirawat di ICU, ditempatkan pada ventilator atau meninggal. Angka tersebut dibandingkan dengan hanya 4,7 persen dari orang-orang yang bukan perokok.
 
Sementara itu, perokok dikaitkan dengan banyak komorbiditas, beberapa kondisi medis yang muncul secara bersamaan, termasuk emfisema dan gangguan fungsi kekebalan tubuh, yang kemungkinan memperburuk infeksi covid-19. 
 
Secara umum, perokok sudah menghadapi risiko tinggi terkena infeksi virus, karena sistem kekebalan yang tertekan, kerusakan jaringan, serta peradangan kronis pada saluran pernapasan.
 
Tingkat ACE2 yang tinggi mungkin tidak unik untuk perokok, tetapi sebaliknya di antara orang-orang dengan kondisi paru-paru, secara umum. Tim peneliti menganalisis sampel jaringan dari pasien dengan asma dan sarkoidosis penyakit radang dan ini tidak mengandung jumlah reseptor yang abnormal.
 
Untuk mengetahui bagaimana tingkat ACE2 berhubungan dengan penyakit paru-paru, penelitian di masa depan dapat fokus pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), bronkitis, pneumonia atau penyakit paru-paru yang dipicu oleh infeksi bakteri, virus atau jamur. 
Jika mereka juga memiliki kadar reseptor ACE2 yang tinggi pada sel mereka, itu dapat membantu mengklarifikasi apakah asap rokok merupakan ancaman tunggal bagi pasien covid-19, atau jika kondisi paru-paru lain menimbulkan risiko karena alasan yang sama.
 
Namun, jika merokok benar-benar berbahaya bagi pasien covid-19, penelitian ini memang menawarkan solusi potensial. 
 
"Kami menunjukkan bahwa mantan perokok memiliki tingkat ACE2 yang lebih rendah daripada perokok saat ini, sekitar 30 persen lebih rendah. Dapat dibayangkan bahwa berhenti merokok dapat bermanfaat untuk mengurangi kerentanan covid-19, karena berbagai alasan," jelas Sheltzer.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TIN)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif