Hal tersebut dialami Wiwit Nugrahani, wanita berusia 55 tahun yang sudah melakukan kemoterapi hingga lima kali sejak pengangkatan ovarium yang dilakukannya pada awal tahun 2008.
Awalnya, pada tahun 2007, saat usianya 45 tahun, Wiwit mengaku merasakan ada keanehan pada siklus menstruasinya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Saya merasa aneh karena tidak menstruasi dan muncul flek, padahal tidak hamil (sudah dites). Saat diperiksa ke dokter dengan USG, tidak ketahuan," ujar wanita yang bergabung dengan support group kanker Cancer Information & Support Center (CISC) dalam temu media Memperingati Hari Kanker Sedunia di Kementrian Kesehatan, Jakarta Selatan, Rabu (1/2/2017).
Hal demikian juga terjadi saat ia mendatangi dokter yang berbeda. Diagnosa kanker ovarium baru dipastikan saat ia mendatangi dokter untuk ketiga kalinya, dan melakukan tes transvaginal. Meski demikian, saat itu Wiwit masih menunda pengobatan.
"Saya sudah dirujuk ke RSCM, tapi saya tunda terus. Sampai akhirnya saat diperiksa sudah sampai stadium 3C dan telah menjalar hingga ke getah bening, kanker kan cepat perkembangannya ya," tambahnya.
Langkah selanjutnya yang diambil adalah pengambilan ovarium dan menjalani kemoterapi yang terdiri dari enam tahap. Namun, dua tahun kemudian kanker tersebut kembali kambuh. Kemoterapi pun kembali dilakukan, dengan enam tahap lagi.
Sambil menjalani rutinitas, Wiwit kembali melakukan kemoterapi dua tahun kemudian. Bahkan, untuk yang ketiga ini, Wiwit sampai berobat ke Tiongkok. Namun, tiga tahun kemudian kanker tersebut kembali kambuh dan Wiwit kembali menjalani kemoterapi keempat. Semua biaya pengobatan ditanggungnya secara pribadi. Dua tahun kemudian, Wiwit kembali menjalani operasi. Namun, ia menggunakan bantuan BPJS Kesehatan.
"Mungkin karena sudah stadium akhir, jadi tingkat kekambuhannya juga tinggi. Selain itu karena sudah menjalar sampai ke getah bening, jadi tumbuh di daerah sekitar itu terus. Meskipun bagian primer, yaitu ovarium, sudah diambil," katanya.
Selama menjalani masa kemoterapi, Wiwit mengaku bahwa ia sangat memerhatikan pola makan agar tetap kuat menjalani setiap tahap pengobatan tersebut. Ia mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein agar bisa menaikkan kembali kadar hemoglobin dan leukosit, seperti ikan gabus, hati ayam, dan buah-buahan.
"Kemoterapi membuat kesehatan menurun karena sel kanker dan sel hidup dimatikan. Makanya sehabis kemo banyak orang merasa pusing dan mual. Bila keadaan tak sehat, maka tahap kemo selanjutnya jadi terganggu. Itu biasanya yang membuat orang tak tahan dengan kemo," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(DEV)