Sekelumit tentang Penyakit Kardiovaskular di Indonesia (Foto: gettyimages)
Sekelumit tentang Penyakit Kardiovaskular di Indonesia (Foto: gettyimages)

Sekelumit tentang Kardiovaskular di Indonesia

Rona jantung
Sri Yanti Nainggolan • 20 Mei 2016 09:10
medcom.id, Jakarta: Dua dari tiga orang di Indonesia berisiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular. Sayangnya, hanya satu dari tiga orang dengan risiko tinggi tersebut yang melakukan pengobatan.
 
Data dari IFSL4 menyebutkan bahwa pria lebih berisiko terkena penyakit jantung dari wanita, untuk segala jenis umur. Pada umur 40-50 tahun, presentasi risiko penyakit jantung pada pria sebesar 31,38 persen dan wanita 12,13 persen.
 
Di usia 51-60 tahun terjadi perbedaan presentasi yang sangat signifikan di mana pria sebesar 91,77 persen dan wanita 53,09 persen. Namun, pada usia di atas 61 tahun, keduanya berada di angka presentase yang sama dengan jumlah di atas 95 persen.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Meski demikian, tingkat perhatian pria terhadap kesehatan ternyata lebih rendah. Pada usia 40-50 tahun, 76,47 persen pria tidak melakukannya dan hanya 50 persen wanita yang berlaku demikian.
 
Sementara, ketika mengunjak usia 50-60 tahun, pria juga masih malas memerhatikan kesehatan tubuhnya dengan presentase 77,74 persen dibandingkan wanita (56,51 persen). Namun, pada usia di atas 61 tahun, baik wanita maupun pria hanya berselisih sekitar 6 persen dalam hal pengobatan kardiovaskular drngan jumlah presentasi pria 71,53 persen.
 
Selain jenis kelamin, tempat tinggal juga berperan dalam hal risiko penyakit kardiovaskular. Data yang sama menunjukkan bahwa warga pedesaan berumur 40-50 tahun justru lebih riskan terkena penyakit tersebut dibandingkan masyarakat perkotaan.
 
Selain itu, waga pedesaan (72 persen) juga lebih jarang mendapatkan pelayanan kesehatan dibandingkan warga kota (62,24 persen) dikarenakan beberapa faktor. Salah satunya penyediaan fasilitas.
 
"Di Indonesia, hal itu bisa terjadi karena kurangnya tenaga kerja dan fasilitas kesehatan," ujar Asri Maharani, MD, PhD, peneliti dari Cathie Marsh Institute for Social Change,  University of Manchester Inggris dalam acara National Seminar on Non-communicable and Life Style Diseases, Jakarta.
 
Dari 512 kabupaten/kota di Indonesia, sekitar 267 di antaranya memiliki kurang dari 5 rumah sakit dengan jumlah dokter masing-masing kurang dari 10 orang. Sementara, 12 kota/kabupaten lainnya memiliki lebih dari 200 rumah sakit dengan jumlah tenaga medis lebih dari 1.000 orang.
 
Namun, rupanya letak domisili tidak selalu menjadi penghalang sesworang berobat jika dari segi ekonomi tercukupi.
 
"Orang pedesaan yang memiliki banyak uang lebih bisa mengobati penyakitnya daripada orang miskin yang tinggal di kota," ujarnya.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(ELG)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif