"Obat palsu bisa mengakibatkan sakit berkepanjangan, bisa menjadi racun bagi tubuh, bahkan kematian," kata Parulin Simanjuntak, Direktur Eksekutif International Pharmaceutical Manufacturin Grup (IPMG) dalam Media Gathering, 'Waspadai Peredaran dan Penggunaan Obat Palsu', Rabu (3/6/2015).
Kandungan pada obat palsu jauh berbeda dengan obat asli, yang mana kandungan zat dan khasiat di dalamnya bisa dikurangi. Selain itu, ada juga obat palsu yang dibuat dengan memakai tepung terigu.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Direktur Pengawasan Distribusi Produk Terapeutik dan Napza Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Drs. Arustiyono Apt mengatakan jika pemerintah sudah berusaha membasmi peredaran produk tersebut. "Kami telah membentuk Satgas untuk berantas obat palsu ini," tuturnya.
BPOM mencatat pertumbuhan peredaran obat ilegal dalam beberapa tahun terakhir cukup tinggi. Pada tahun 2014, Anti-Konvulsi, Antitusif (opioid) dan Anti-Diabetes merupakan obat yang paling banyak dipalsukan.
Agar masyarakat terhindar dari obat palsu, Arustiyono menyarankan untuk membeli obat di apotek atau sarana pelayanan kesehatan yang sudah memiliki perijinan dari Kementerian Kesehatan.
"Iya, beli obat jangan di sembarang tempat dan juga segera konsultasi ke dokter jika tidak ada kemajuan atau mengalami gejala-gejala yang tidak diinginkan setelah meminum obat tersebut," ujarnya.
Selain itu, obat palsu juga bisa merugikan banyak pihak, baik itu pemberi dan penyedia kesehatan bahkan orang yang mengonsumsi obat tersebut. Maka dari itu, waspadailah peredaran dan penggunaan obat palsu dan sayangilah kesehatan diri Anda. (Sumarni)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(LOV)