Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Annals of Internal Medicine, ini menemukan banyak kesamaan penanganan terhadap kedua penyakit itu. Seperti banyak pasien HIV, hanya sekitar 20% pasien diabetes yang dirawat. Artinya, tiga dari 10 orang penderita diabetes tidak tahu bahwa mereka mengidap penyakit itu.
HIV/AIDS melemahkan sistem kekebalan tubuh dan memungkinkan pasien untuk mengembangkan penyakit lainnya, sedangkan diabetes dapat menyebabkan masalah ginjal, jantung, dan otak. Jutaan orang tidak didiagnosis. Selain itu, lebih dari satu juta orang belum pernah ke dokter dalam tahun mereka didiagnosis diabetes dan jutaan orang lainnya tidak mendapatkan obat yang tepat.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Ketika sistem perawatan kesehatan berpindah dari layanan yang lebih aman ke kualitas yang lebih aman, benar-benar dapat membantu penyedia dan pasien menjadi lebih termotivasi. Dan menutup kesenjangan dalam perawatan," kata peneliti, Mohammed Ali, asisten profesor di Universitas Emory, Atlanta.
Akibat perawatan kedua penyakit tidak lengkap menunjukkan bahwa tumpang tindih solusi mungkin memperburuk penyakit diabetes dan HIV/AIDS. Insentif bisa mendorong pasien kedua penyakit dan penyedia layanan kesehatan untuk memeriksa dan mengobati diabetes.
"Mereka (diabetes dan HIV/AIDS) sangat mirip karena keduanya membutuhkan pasien yang sangat proaktif dalam menangani kondisi mereka sendiri. Jika Anda pasien yang baik, Anda akan mencegah banyak orang tertular penyakit," imbuh Ali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TTD)