"Yang tidak terkait dengan penyakit itu disebut hiperhidrosis premier. Penyebabnya ialah kerja saraf simpatik yang berlebihan," ujar dokter spesialis bedah toraks dan kardiovaskular RS Gading Pluit, Jakarta, Ronald Winardi Kartika, pada seminar kedokteran bertajuk 12th Symposium on Minimally Invasive Surgery, Multi-Disciplinary Perspective & Live Demonstration yang digelar di RS tersebut, Sabtu (15/10).
Ia menjelaskan salah satu metode terkini untuk mengatasi masalah itu ialah dengan merusak jaringan saraf simpatik yang memicu terjadinya gangguan itu dengan cara membakarnya lewat operasi torakoskopi. Posisi saraf simpatik ada di area dada. Namun, operasi itu tidak perlu membedah dada karena torakoskopi dilakukan dengan teknik sayatan kecil.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Operasi itu dilakukan bila masalah hiperhidrosis itu sudah terjadi minimal enam bulan, dengan kejadian minimal sehari dalam sepekan, serta mengganggu aktivitas penderitanya," terang Ronald pada seminar yang digelar RS Gading Pluit dan RS Pluit Jakarta itu.
Pada kesempatan sama, Ketua Perhimpunan Bedah Endo-Laparoskopi Indonesia (PBEI) Errawan Wiradisuria menjelaskan teknik bedah sayatan kecil atau minimally invasive di Indonesia telah bisa dilakukan di hampir seluruh daerah di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(DEV)
