Menurut penelitian terbaru dari Universitas Michigan, ibu dari bayi yang sangat rewel mengalami gejala depresi yang lebih besar. (Foto: Ilustrasi. Dok. Pexels.com)
Menurut penelitian terbaru dari Universitas Michigan, ibu dari bayi yang sangat rewel mengalami gejala depresi yang lebih besar. (Foto: Ilustrasi. Dok. Pexels.com)

Riset: Bayi Rewel Tingkatkan Risiko Depresi Ibu

Rona psikologi depresi
Anda Nurlaila • 04 April 2019 12:32
Menurut penelitian terbaru dari Universitas Michigan, ibu dari bayi yang sangat rewel mengalami gejala depresi yang lebih besar. Para peneliti menemukan bahwa ibu bayi sangat prematur dan rewel, lahir pada usia kandungan 24-31 minggu sekitar dua kali kemungkinan mengalami gejala depresi ringan dibandingkan dengan ibu dari bayi yang sangat prematur namun tenang.
 

 
Jakarta:
Merawat bayi baru lahir yang rewel bisa sangat menantang bagi orang tua akibat kelelahan fisik dan mental. Sebuah penelitian terbaru menemukan, semakin sulit bayi ditenangkan maka akan semakin membuat ibu tertekan, dan lebih mudah mengalami depresi.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Menurut penelitian terbaru dari Universitas Michigan, ibu dari bayi yang sangat rewel mengalami gejala depresi yang lebih besar. Studi yang representatif secara nasional mencakup data dari lebih dari 8.200 anak-anak dan orang tua mereka. Studi diterbitkan dalam Academic Pediatrics.
 
Mengutip Science Daily, studi ini diyakini sebagai riset pertama yang mengeksplorasi apakah tingkat prematuritas dan kerewelan bayi dapat memengaruhi keparahan gejala depresi ibu.

Hasil studi

Para peneliti menemukan bahwa ibu bayi sangat prematur dan rewel, lahir pada usia kandungan 24-31 minggu sekitar dua kali kemungkinan mengalami gejala depresi ringan dibandingkan dengan ibu dari bayi yang sangat prematur namun tenang.
 
Namun, ibu dari bayi prematur ringan serta cukup bulan dan rewel dengan usia kehamilan 32-36 minggu sekitar dua kali lebih mungkin melaporkan gejala depresi sedang hingga berat. Ini dibandingkan dengan ibu bayi yang gampang ditenangkan yang lahir pada usia kehamilan yang sama.
 
"Kami menemukan bahwa risiko depresi ibu bervariasi berdasarkan usia kehamilan dan kerewelan bayi," kata penulis senior dan dokter perkembangan dan perilaku anak  di UM CS Mott Children's Hospital, Prachi Shah.
 
"Ibu dari bayi rewel yang lahir prematur terlambat dan cukup bulan lebih cenderung mengalami tingkat depresi lebih parah, daripada ibu dari bayi rewel yang dilahirkan lebih prematur."
 
Temuan ini menguatkan bahwa semua ibu untuk mendapat bantuan ekstra saat merawat bayi dengan temperamen sulit.
 
(Baca juga: Ini yang Harus Diketahui dari Depresi Pascamelahirkan)
 
Riset: Bayi Rewel Tingkatkan Risiko Depresi Ibu
(Menurut penelitian terbaru dari Universitas Michigan, ibu dari bayi yang sangat rewel mengalami gejala depresi yang lebih besar. Foto: Ilustrasi. Dok. Pexels.com)

Identifikasi

"Kerewelan bayi dapat membantu mengidentifikasi ibu dengan gejala depresi yang membutuhkan dukungan, tetapi mungkin sangat penting bagi ibu dari bayi prematur ringan, di mana gejala depresi lebih parah."
 
Shah mencatat, bayi yang sangat prematur memiliki morbiditas yang lebih tinggi daripada bayi yang dilahirkan kemudian. Perawatan perinatal bayi yang lahir sangat prematur sebenarnya dapat membantu melindungi terhadap depresi ibu yang lebih parah.
 
Bayi sangat prematur sering dirawat di ICU neonatal dengan perawatan khusus. Saat pulang, orang tua dengan bayi prematur juga sering mendapat dukungan pascamelahirkan dan tindak lanjut perkembangan. Termasuk rujukan ke program intervensi awal, kunjungan rumah dan perawatan lanjutan di klinik neonatal.
 
"Dukungan dan layanan tambahan yang diberikan kepada keluarga anak-anak yang sangat prematur membantu mempersiapkan orang tua untuk tantangan potensial yang terkait dengan merawat bayi prematur dan dapat membantu mengurangi risiko untuk gejala depresi ibu," kata Shah.
 
Namun, ia mencatat bahwa gejala depresi ringan dapat berkembang menjadi gejala depresi yang lebih parah, dan juga harus ditangani sedini mungkin.
 
Selain itu, para peneliti menemukan bahwa karakteristik ibu yang terkait dengan stres prenatal dan kerugian sosial ekonomi, seperti pendapatan lebih rendah, status belum menikah dan merokok dikaitkan dengan peluang mengalami depresi ringan dan sedang-parah.
 
Ras Asia dan kulit hitam juga dikaitkan dengan kemungkinan lebih besar dari gejala depresi sedang-berat sedangkan etnis Hispanik dikaitkan dengan kemungkinan lebih rendah dari depresi ibu.
 
Penulis mengatakan ini menimbulkan pertanyaan mengenai peran budaya sebagai risiko potensial atau faktor pelindung dalam perkembangan depresi ibu.
 
Studi ini menambah penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa ibu dari bayi yang sulit ditenangkan secara signifikan melaporkan  kurang percaya diri dan lebih banyak stres daripada ibu dari bayi yang kurang rewel.
 
"Dokter anak dan penyedia harus memerhatikan ibu yang kesulitan menenangkan bayi mereka," kata Shah. "Intervensi dini dapat membantu mengurangi risiko depresi ibu yang berdampak negatif pada hubungan anak-orang tua dan yang mungkin berbahaya bagi kesehatan ibu dan anak."
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TIN)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif