Forum Combatting Anti-Microbial Resistance, di kawasan Jakarta Selatan, Kamis, 19 Desember 2019. (Foto: Raka/Medcom.id)
Forum Combatting Anti-Microbial Resistance, di kawasan Jakarta Selatan, Kamis, 19 Desember 2019. (Foto: Raka/Medcom.id)

Bahaya Penggunaan Antibiotik yang Tidak Tepat

Rona antibiotik
Raka Lestari • 19 Desember 2019 16:40
Jakarta: Antimicrobial Resistance atau Resistensi Antimikroba (AMR) merupakan salah satu dampak yang bisa terjadi, ketika penggunaan antibiotik tidak sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya. Berdasarkan Survei Kesehatan Nasional 2013, sekitar 86 persen antibiotik di Indonesia disimpan tanpa resep dokter.
 
“AMR ini bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Semua orang bisa terkena bakteri resisten ini, jika resisten antimikroba ini dibiarkan, maka bisa menjadi superbug. Superbug itu kondisi di mana bakteri yang sudah multiresisten terhadap berbagai antibiotik,” jelas Dr. dr. Hari Paraton, Sp.OG, selaku Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikrobial  (KPRA), dalam acara Forum Combatting Anti-Microbial Resistance, di kawasan Jakarta Selatan, Kamis, 19 Desember 2019.
 
Menurut dr. Hari, resistensi antimikroba ini umumnya terjadi karena masyarakat itu sendiri. Penyalahgunaan antibiotik, penggunaan antibiotik tidak terkendali, di komunitas dan masyarakat juga banyak yang masih membeli antibiotik sesukanya.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Penggunaan antibiotik hanya bisa diberikan jika tubuh terkena infeksi bakteri," tambahnya.
 
Antibiotik hanya boleh diberikan jika terjadi infeksi oleh bakteri. Jika terkena infeksi oleh bakteri harus diberikan antibiotik, tetapi jika terkena infeksi karena virus tidak perlu menggunakan antibiotik.
 
“Penyakit yang disebabkan oleh virus, misalnya saja demam berdarah itu tidak memerlukan antibiotik karena percuma, tidak akan menyembuhkan,” ujar dr. Hari.
 
Menurut dr. Hari, resitensi antibiotik bisa sangat berbahaya. Sebab bisa menyebabkan kematian.
 
Kalau sudah resisten terhadap semua antibiotik itu dinamakan superbug. Misalnya saja ketika seseorang terkena stroke dan ketika sudah resisten terhadap antibiotik bisa saja ketika tubuhnya terkena infeksi tidak bisa diobati dan bisa berujung pada kematian.
 
"Bukan karena stroke yang dialami tetapi karena infeksi yang tidak bisa diobati yang seharusnya bisa ditangani dengan antibiotik," terang dr. Hari.
 
Penggunaan antibiotik yang tidak terkendali juga berbahaya bagi ibu hamil. Hal ini karena tidak sesuai bisa memengaruhi janin. Bahkan beberapa antibiotik bisa memengaruhi tulang pada janin, sehingga pada saat lahir bayi menjadi pendek.
 
“Pada trimester pertama, umumnya semua jenis antibiotik tidak disarankan untuk dikonsumsi. Pada trimester pertama, janin masih dalam masa pembentukan. Setelah melewati masa tersebut, beberapa antibiotik mungkin diperbolehkan tetapi sebaiknya harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter kandungan,” tutup dr. Hari.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(FIR)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif