Selama physical distancing untuk mencegah penyebaran covid-19 ini, banyak orang yang harus terbiasa untuk melakukan sosialisasi dari dalam rumah. (Ilustrasi/Pexels)
Selama physical distancing untuk mencegah penyebaran covid-19 ini, banyak orang yang harus terbiasa untuk melakukan sosialisasi dari dalam rumah. (Ilustrasi/Pexels)

Efek Physical Distancing dalam Pemenuhan Afeksi Seseorang

Rona Virus Korona virus corona covid-19 social distancing
Raka Lestari • 07 Mei 2020 15:05
Jakarta: Selama physical distancing untuk mencegah penyebaran covid-19 ini, banyak orang yang harus terbiasa untuk melakukan sosialisasi dari dalam rumah. Namun terkadang, bagi beberapa orang meskipun bertemu dengan kerabat atau keluarga secara virtual tetap saja berbeda jika dibandingkan bertemu dengan kerabat atau keluarga secara langsung.
 
“Memang inilah uniknya kita sebagai manusia, kita diciptakan oleh Tuhan memiliki kelebihan dibandingkan makhluk lainnya yaitu kita dibekali dengan fungsi kerja otak. Ternyata bagian otak yang mengendalikan afeksi, kasih sayang, emosi, perasaan, itu area nya paling luas,” ujar Efnie Indrianie, M.Psi, Psikolog anak, remaja dan keluarga.
 
Menurut Efnie, bagian otak yang mengendalikan afeksi, kasih sayang, emosi, perasaan terdapat pada bagian limbic system dan kebutuhan inilah yang mnejadi kebutuhan yang cukup besar pada diri manusia. “Sehingga ketika mereka dihadapi pada kondisi physical distancing, ketemu sih tapi virtual rasanya tidak cukup atau tidak puas,” tambah Efnie.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Nah ini sebenarnya ada satu part pada otak yang tidak terpenuhi dan tentunya bagi sebagian orang sebenarnya kebutuhan dasar utama yang mereka butuhkan adalah untuk memenuhi afeksi ini mereka butuh love (cinta) tapi sekarang kita cek lagi apakah kondisi di rumah mereka dalam keadaan krisis atau damai,” tutur Efnie.
 
Menurut Efnie, jika seseorang yang kondisi di rumahnya tergolong damai maka kemampuan mereka dalam meregulasi kondisi emosi akan lebih bisa terbantu dibandingkan jika kondisi rumah mereka dalam keadaan krisis.
 
“Jadi memang ini kebutuhan dasar yang harus dipenuhi pada manusia dan kebutuhan dasar ini sebenarnya akan terpenuhi satu apabila ada kedamaian dan kedua apabila kita didengarkan,” ujar Efnie.
 
“Makanya rata-rata dalam pengalaman kami dalam menangani di crisis center misalnya untuk telecounseling, menghadapi mereka yang secara mentally tidak nyaman selama pandemi rata-rata kalau covid-19 ini cuma trigger doang, cuma pemicu saja. Selama ini memang sudah empty, dia memang sudah lonely,” ujar Efnie.
 
Menurut Efnie, berdasarkan pengalaman dirinya selama berada di crisis center orang-orang yang secara mental tidak nyaman selama pandemi seperti sekarang ini pada umumnya hanya butuh didengarkan.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(YDH)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif