Mooryati Soedibyo. (Foto:MTVN/Sri Yanti N.)
Mooryati Soedibyo. (Foto:MTVN/Sri Yanti N.)

Protes Konsumen, Membuat Usaha Jamu Mustika Ratu Makin Berkembang

Rona bra mooryati soedibyo
Sri Yanti Nainggolan • 05 Januari 2016 10:49
medcom.id, Jakarta: Pendiri PT. Mustika Ratu, Mooryati Soedibyo mengaku bahwa usahanya bisa berkembang hingga sebesar saat ini karena protes dari konsumen. Sebagian besar konsumennya protes karena tak puas hanya dengan jamu.
 
"Protes dari pelanggan justru membuat saya semakin berkembang. Mereka bilang kenapa jamu saja, bikin lulur juga. Terus minta yang lain juga, (jamu) dalam bentuk bubuk," ujarnya.
 
Mooryati memulai usahanya sejak 1973 dengan dibantu oleh dua orang pekerja. Ia pun hanya memakai garasi rumah sebagai tempat usahanya.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Alasannya memulai bisnis jamu ini karena masalah ekonomi. Saat itu, sang suami Ir. Soedibyo Purbo Hadiningrat akan segera memasuki masa pensiun, sementara anak-anaknya masih butuh biaya masih sekolah. Keputusan ini awalnya tidak diterima oleh pihak keluarga, namun pemikiran suaminya yang lebih terbuka memperbolehkannya membuka bisnis jamu.
 
Saat itu, barang yang dijual hanya jamu beras kencur dalam kemasan botol yang bisa bertahan hanya dalam waktu dua hari. Ia pun melayani konsumennya dengan mengantarkan barang dagangannya ke rumah.
 
Pada tahun 1975 jumlah pekerjanya bertambah hingga 25 orang dan tiga tahun kemudian berlipat ganda hingga akhirnya pada 1981 menjadi sebuah industri yang berkembang.
 
Kesuksesan memang tak bisa dibangun dalam sekejap. Beberapa kendala pun dihadapi wanita yang kini genap berusia 88 tahun itu. Salah satu kendalanya adalah persaingan. Ketika Mooryati mencoba menyasar salon untuk menjual produknya, pesaing lain di industri yang sama pun bermunculan. 
 
Namun, banyaknya persaingan tak membuat Mooryati menyerah. Kini, ia sukses mendirikan perusahaan jamu dan kosmetika terbesar di Indonesia, dan mengembangkan industrinya hingga ke mancanegara.
 
Produk Mustika Ratu sampai kini sudah diekspor ke kurang lebih 20 negara, di antaranya Rusia, Belanda, Jepang, Afrika Selatan, Timur Tengah, Malaysia, dan Brunei Darusalam.
 
Pada 1990, Mooryati meluncurkan ajang kecantikan Putri Indonesia yang terinspirasi setelah melihat ajang Miss Universe asal Thailand pada tahun yang sama. Ia berkeinginan membuat wanita Indonesia tampil percaya diri di kancah internasional. Namun, ternyata hal ini menimbulkan pro dan kontra hingga ajang Putri Indonesia sempat vakum selama tiga tahun pada 1997-1999.
 
Tak hanya di bidang kecantikan, Mooryati juga memiliki kinerja di kancah perpolitikan Indonesia dengan manjadi Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat periode 2004-2009.
 
Hingga saat ini, cucu dari Sri Susuhunan Pakoe Boewono X Keraton Surakarta terbut telah menulis beberapa buah buku yaitu Seni Ngadi Saliro dan Ngadi Busono (1978), Alam Sumber Kesehatan yang mengulas seputar jamu-jamuan (1998), Pengantin Indonesia (2000), Busana Keraton Surakarta Hadiningrat (2003) yang mengulas tentang busana keraton dan diterbitkan dalam versi bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, dan buku terakhir yang ia tulis adalah Transforming Woman's Voices yang menceritakan tentang pengalamannya sebagai anggota lembaga legislatif selama satu periode. Kini, ia sedang disibukkan menulis buku tentang pengalaman hidupnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(LOV)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif