LDR saat pandemi covid-19 bisa dijembatani dengan saling berkomunikasi. (Foto: Pexels.com)
LDR saat pandemi covid-19 bisa dijembatani dengan saling berkomunikasi. (Foto: Pexels.com)

LDR di Tengah Pandemi Covid-19 dan Penanganannya

Rona romansa keluarga psikologi covid-19 LDR
Sunnaholomi Halakrispen • 10 Mei 2020 11:22
Jakarta: Long Distance Relationship (LDR) atau menjalani hubungan jarak jauh di tengah pandemi global covid-19 bisa memberikan dampak buruk. Salah satunya, memengaruhi kesehatan mental. Baik soal hubungan dengan kekasih ataupun keluarga.
 
Padahal, hal yang membuat kita nyaman adalah kehadiran dari anggota keluarga ataupun kekasih, namun kondisi wabah virus korona baru sangat bisa menghambat pertemuan. Namun, jangan sampai kita tidak bisa menyesuaikan diri dengan kondisi LDR seperti saat ini. Kesepian adalah salah satu akibatnya.
 
"Sehingga itu yang membuat lonely, homesick, dan memicu psikosomatis, krisis, dan kadang-kadang dalam beberapa hal-hal tertentu memicu melakukan kegiatan lain yang malah lebih berbahaya," ujar Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga, Efnie Indrianie, M.Psi dalam Program SIAM (Sambut Iftar Ala Medcom), Rabu, 6 Mei 2020 lalu.  
 
Bahaya lainnya, orang yang kita cintai akan mencari teman curhat atau teman tempat berkeluh-kesah yang lain. Hubungan bisa menjadi renggang, bahkan putus komunikasi seakan ada jarak terbentang pada hubungan yang telah terjalin selama ini.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Jadi komunikasi yang seharusnya diutamakan. Sebenarnya kalau kita bicara enggak harus 24 jam. Tetapi pada momen-momen krusial atau penting yang menciptakan kehangatan dan kita terkoneksi satu sama lain, itu yang harus ada," jelasnya.
 
Misalnya, ketika ada anggota keluarga atau menjalin cinta dengan kekasih yang sedang berada di luar pulau atau yang posisinya jauh. Terpaksa harus melakukan buka puasa sendiri, sahur, dan siang-siang kerja juga sendirian. Hubungilah segera di saat-saat penting seperti itu.
 
Berikan perhatian, pastikan misalnya Ayah sedang makan apa saat buka puasa, kondisinya bagaimana, dan posisinya sedang berada di mana. Jadi momen penting yang tadinya secara fisik harus berkumpul, manfaatkan dengan fasilitas virtual atau secara online. 
 
Selain itu, kata Efnie, bisa juga dengan menelepon, mengirim chat, atau video call saat bangun pagi. Sampaikanlah pesan yang bernada atau bermakna motivasi, menumbuhkan perasaan yang menyenangkan. 
 
"Sehingga respons dari otak adalah berpikir kalau aku buka smartphone ini nanti pasanganku akan mengirimkan pesan yang menyenangkan. Itu yang akan membuat bounding tetap terbentuk meskipun saat ini tetap berjarak," paparnya.
 
Efnie menyatakan bahwa penelitian menjelaskan betapa pentingnya komunikasi. Jangan sampai suatu saat berbincang di telepon malah bertengkar. Komunikasi rusak karena kurang pemahaman satu sama lain, karena tanpa sadar komunikasi yang menyenangkan tidak terpupuk dengan baik. 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TIN)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif