Jakarta: Orang yang terkena serangan jantung sangat membutuhkan bantuan secepat mungkin. Namun, jika pertolongan pertama yang didapatkan salah, maka berisiko fatal bagi si pasien.
Ada sejumlah kesalahan yang kerap terjadi saat pemberian pertolongan pertama itu. Salah satunya, yang paling sering terjadi, berasal dari kondisi kesigapan si penolong.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Terlalu lama memberi tindakan pertolongam pertamanya, baik dia terlalu lama minta tolong, terlalu lama mengecek nadinya, karena tidak yakin teraba nadinya," ujar First Aid Trainer dari Rumah Sakit YPK Mandiri, Heri Suhedi, AMK di Gedung Menara Mandiri, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan.
Kondisi lain, terlalu lama mengambil tindakan pertolongan karena panik. Contohnya saat memeriksa nadi dan tidak teraba denyut nadinya. Tidak ada waktu untuk menunda pemberian pertolongan dengan kompresi atau memicu pompaan jantung.
"Itu pertanda jantung berhenti sama sekali. Denyut nadi menandakan jantungnya bekerja atau tidak. Yang diperiksa leher, karena yang paling dekat dengan jantung, arteri karotis," papar dia.
Heri menjelaskan, ada kategori waktu untuk memberikan pertolongan bagi pasien serangan jantung. Pada empat menit pertama atau disebut dengan golden periode, yang berarti harus dilakukan pertolongan pertama maksimal empat menit setelah mengalami serangan.
"Sekira 0-4 menit itu secara biologis, terjadi kematian klinis karena suplai oksigen tidak terjadi selama empat menit itu. Kalau tidak dilakukan pertolongan akan terjadi kerusakan otak pada enam menit setelah serangan jantung," imbuhnya.
Sedangkan, di atas enam menit bisa dikatakan bahwa pasien mengalami kematian biologis, apabila sama sekali tidak dilakukan pertolongan pertama.
"Kematian klinis membuat beberapa organ mengalami kerusakan, termasuk paru-paru, otak, ginjal, rusak semua karena oksigen tidak teraliri," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(FIR)