(Foto: Time)
(Foto: Time)

Disleksia Bukan Sekedar Gangguan Membaca

Rona kesehatan
Sri Yanti Nainggolan • 22 Desember 2016 15:13
medcom.idm, Jakarta: Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa disleksia bukan sekadar gangguan pada membaca huruf dan kata, tetapi juga memengaruhi fungsi otak.
 
Penelitian yang dipimpin oleh John Gabrieli, seorang profesor otak dan ilmu kognitif di Massachusetts Institute of Technology tersebut berfokus pada bagian bahasa di otak.
 
Setelah menganalisa scan otak menggunakan MRI fungsional dari orang-orang yang terkena disleksia, dan tidak, mereka menemukan bahwa penderita disleksia kurang mahir dalam pembelajaran adaptif. Ketika otak melihat sesuatu yang baru, entah itu kata, objek, suara, dan pengalaman; maka otak akan mengeluarkan energi saraf lebih banyak untuk menangkap stimulus asing sebanyak mungkin.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Namun, hal tersebut tak berlaku pada sesuatu yang berulang, seperti gonggongan anjing yang sama, karena sudah beradapatasi dengan cepat dari kebiasaan yang mirip sebelumnya.
 
Gabriele menemukan bahwa dalam otak penderita disleksia, proses tersebut tidak terjadi ketika mereka mendengar orang yang sama mengucapkan kata berbeda. Kejadian serupa juga tidak terjadi pada tes plastisitas otak, atau kemampuan beradaptasi.
 
Hal tersebut menunjukkan bahwa kesulitan membaca bukan disebabkan oleh gangguan bahasa tertentu, namun perluasan adaptasi. Dengan kata lain, masalah adapatasi pada benda baru dapat membahayakan kemampuan tertentu, seperti membaca.
 
"Saya pikir ini adalah langkah pertama dalam pembelajaran jangka panjang. Jika langkah pertama ini cepat merubah respons otak dalam berekspresi berbeda, maka hal itu dapat mengurangi pembelajaran besar, seperti belajar membaca," ujarnya.
 
Gabriele juga menemukan bajwa penderita disleksia memiliki masalah dalam hal melihat wajah yang sama, namun mereka tak menyadarinya. Hal ini dikarenakan sirkuit atau proses di otak lain telah berkembang, evolusi, untuk mengimbangi kemampuan yang kurang efisien lainnya di otak untuk beradaptasi dengan wajah yang mirip.
 
Membaca, di sisi lain, adalah perkembangan modern yang relatif, dan Gabriele berspekulasi bahwa otak tak memiliki cukup waktu untuk mengevolusi mekanisme kompensasi.
 
Penemuan in idiharapkan dapat membuat para pendidik mengerti bahwa masalah disleksia tak hanya soal membaca dan berbahasa, namun lebih luas.
 
"Kita perlu mencari tahu kurikulum atau pendekatan yang cocok dengan perbedaan yang mereka miliki," tutup Gabrieli.
 


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(DEV)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif