Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi pada paru-paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini juga dapat menyerang orgain lain, seperti selaput otak, usus, kelenjar getah bening, ginjal, maupun kulit.
TBC ditularkan lewat udara melalui percikan air ludah penderitanya saat batuk, bicara, atau bersin tanpa menutup mulut atau hidung. Mengutip EMC Healthcare, penyakit TBC di Indonesia menempati peringkat ketiga setelah India dan Cina dengan 11 kematian per jam.
Penyakit yang dapat digolongkan mematikan ini tidak hanya menyerang orang dewasa, namun juga anak-anak. Terutama anak-anak yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, misalnya karena HIV atau kurang gizi.
Perbedaan TBC pada Anak dan Orang Dewasa
Penyakit TBC pada anak dan orang dewasa terbagi menjadi tiga tahap, yakni:- Infeksi bakteri: Seseorang mengalami kontak dengan penderita, lalu terinfeksi bakteri tuberkulosis. Pada tahap ini gejala belum timbul dan pemeriksaan menunjukkan hasil negatif.
- TBC laten: Bakteri TBC ada dalam tubuh, namun gejala belum muncul. Pemeriksaan menunjukkan hasil positif, tapi orang tersebut tidak bisa menyebarkan infeksi ke orang lain.
- TBC aktif: Bakteri TBC aktif dan menimbulkan gejala. Pemeriksaan menunjukkan hasil positif dan penderita bisa menularkan penyakitnya.
Adapun perbedaan antara TBC pada anak dan orang dewasa, di antaranya:
1. Orang dewasa yang terpapar TBC baru akan mengalami tahap TBC aktif setelah bertahun-tahun. Sementara itu, anak-anak biasanya akan mencapai tahap tersebut pada beberapa minggu atau bulan setelah terinfeksi.
2. TBC pada anak gejalanya tidak selalu batuk. Sedangkan orang dewasa yang menderita TBC memiliki gejala umum batuk dalam jangka panjang.
3. TBC mudah menular melalui udara. Namun, anak-anak yang menderita TBC tidak tertular dari anak lain yang juga terinfeksi, melainkan lingkungan tempat tinggal yang terdapat orang dewasa pengidap TBC.
Penyebab TBC pada Anak
Dewasa ini, marak terjadi kasus TBC pada anak. Ini dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, salah satunya adalah anak kerap kali digendong dan dicium oleh orang lain.Adanya kontak fisik langsung tersebut dapat meningkatkan risiko anak terpapar bakteri Mycobacterium tuberculosis lantaran kita tidak pernah tahu apakah orang yang menggendong, memeluk, bahkan menciumnya termasuk pengidap TBC atau bukan.
Baca: Kerap Diabaikan, Kenali 5 Gejala Umum Tuberkulosis (TBC) |
Gejala TBC pada Anak
Mengutip dari laman Kemenkes, adapun beberapa gejala yang umumnya terjadi pada anak yang terpapar TBC, di antaranya:1. Berat badan anak dengan gejala TBC Paru turun atau tidak naik dalam 2 bulan terakhir.
2. Mengalami demam lebih dari 2 minggu dan/atau berulang tanpa sebab.
3. Badan lemas dan tidak berenergi sehingga anak menjadi kurang aktif bermain.
4. Anak kehilangan nafsu makan.
5. Berkeringat di malam hari.
6. Munculnya benjolan di kelenjar darah leher rahang bawah, ketiak, dan selangkangan.
Pengobatan TBC pada Anak
Pemeriksaan TBC pada anak dilakukan melalui penilaian dengan sistem pembobotan (scoring system) gejala dan pemeriksaan penunjang. Pengobatan pencegahan pada anak yang memiliki kontak erat dengan pasien TBC berupa obat antituberkulosis (OAT) isozinaid. Obat tersebut dikonsumsi setiap hari selama 6-9 bulan.Sementara bagi anak dengan TBC aktif akan diberikan 3 jenis obat antituberkulosis, yaitu isozinaid, pyrazinamide, serta rifampicin. Mereka harus mengonsumsi obat yang diresepkan dengan disiplin hingga tuntas.
Upaya Pencegahan Penularan TBC pada Anak
Ada sejumlah upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan TBC pada anak, yaitu:1. Vaksinasi BCG pada bayi yang baru lahir.
2. Pemberian asupan gizi seimbang untuk menjaga imunitas anak.
3. Cari sumber penularan. Orang yang menderita TBC tersebut harus mendapat pengobatan yang tepat dan tuntas.
4. Pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT) kepada anak yang kontak serumah dengan penderita TBC aktif.
5. Jaga lingkungan rumah tetap bersih dan tidak lembab. Serta, pastikan sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah.
Itu dia hal-hal yang Sobat Medcom perlu ketahui terkait TBC pada anak-anak. Semoga bermanfaat, ya, moms!
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.i
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(SUR)