"Sebanyak 25-60 persen penderita bipolar pernah melakukan tindakan bunuh diri satu kali dalam kehidupannya, presentasi yang meninggal sekitar 15-20 persen," ujar Dr. dr Nurmiati Amir, Sp.KJ(K) dalam seminar bertajuk Gangguan Bipolar vs Fenomena Bunuh Diri di Kota Besar.
Di Amerika Serikat, 193 orang dari 100 ribu penderita bipolar dan gangguan suasana hati meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya, dengan presentase 60-70 persen. Depresi menjadi salah satu penyebabnya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Secara umum, sekitar 75 persen laki-laki penderita depresi melakukan tindakan bunuh diri, sedangkan perempuan memiliki risiko bunuh diri dua kali lebih besar.
Data Riskesdas 2013 menunjukkan, prevalensi gangguan mental emosional (gejala-gejala depresi dan ansietas) untuk usia 15 tahun ke atas adalah 6 persen. Artinya, ada lebih dari 14 juta jiwa yang menderita gangguan mental emosional di Indonesia.
Sedangkan untuk gangguan jiwa berat seperti gangguan psikosis, prevalensinya adalah 1,7 per seribu penduduk. Dengan kata lain, lebih dari 400 ribu orang menderita gangguan jiwa berat (psikosis). Sementara itu, angka pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa berat sebesar 14,3 persen atau sekitar 57 ribu kasus.
Selain gangguan jiwa, penyalahgunaan napza juga memengaruhi keinginan bunuh diri. Markas Besar Kepolisian RI (Mabes Polri) melaporkan, angka bunuh diri yang terjadi pada 2012 adalah 0.5 persen dari 100 ribu populasi (sekitar 1.170 jiwa).
Provinsi dengan prevalensi gangguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur.
Data Kementrian Kesehatan, berdasarkan laporan WHO 2010 menunjukkan, angka kejadian bunuh diri di Indonesia adalah 1.6-1.8 per 100 ribu orang, atau 5 ribu orang per tahun. Namun, angka tersebut dianggap tidak akurat mengingat kasus bunuh diri di Indonesia cenderung tidak dilaporkan.
Bunuh diri merupakan masalah kesehatan global yang serius. Nurmiati menjelaskan, biasanya ada batas waktu antara berpikir ingin bunuh diri dengan realisasi bunuh diri.
"Ada kalanya seseorang telah merencanakan untuk bunuh diri beberapa hari, minggu, bulan bahkan beberapa tahun sebelumnya. Namun, ada pula yang melakukan bunuh diri secara impulsif tanpa perencanaan sebelumnya," kata dia.
Berikut adalah beberapa faktor yang membuat keinginan bunuh diri muncul pada penderita bipolar.
1. Memiliki gangguan mental dan penyalahgunaan zat-zat terlarang
2. Memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan mental dan penyalahgunaan zat-zat terlarang (16,8 persen)
3. Pernah mencoba melakukan tindakan bunuh diri sebelumnya
4. Memiliki anggota keluara yang pernah mengalami kekerasan fisik maupun seksual
5. Memiliki anggota keluarga atau teman yang pernah mencoba melakukan tindakan bunuh diri
6. Memiliki senjata api di rumah
7. Memiliki gangguan psikotik
Sementara itu, beberapa tanda-tanda peringatan bunuh diri yang harus dicermati adalah sebagai berikut.
1) Membicarakan tentang tindakan bunuh diri
2) Selalu membicarakan atau memikirkan tentang kematian
3) Memberitahukan bahwa dirinya merasa putus asa, tidak berdaya atau tidak berharga
4) Mengatakan hal-hal seperti "akan lebih baik bila aku tidak ada" atau "aku ingin kabur atau pergi dari semua ini"
5) Memburuknya gejala depresi yang dialami
6) Perubahan emosi mendadak, dari sangat sedih menjadi sangat tenang atau terlihat bahagia
7) Memiliki keinginan untuk mati, atau melakukan berbagai tindakan berbahaya yang dapat menyebabkan kematian, seperti mengemudi dengan menerobos lampu merah
8) Kehilangan minat pada berbagai hal yang biasanya sangat disenangi atau dipedulikannya
9) Mengunjungi atau menelepon orang-orang yang disayanginya
10) Menyelesaikan berbagai permasalahan, atau mengubah wasiat
Orang dengan bipolar memiliki risiko besar untuk bunuh diri jika mereka tidak mendapatkan pengobatan. Selain itu, pengobatan yang kurang optimal pun dapat menyebabkan kekambuhan untuk kembali mengulangi upaya bunuh diri.
"Penting sekali ditekankan akan pentingnya kepatuhan pasien bipolar terhadap pengobatan. Ketidakpatuhan terhadap terapi dan pengobatan bipolar merupakan penyebab utama kekambuhan," terangnya.
Dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk memberi dorongan dan dukungan kepada penderita bipolar untuk optimistis menjalani kehidupan.
Penderita bipolar hendaknya dirangkul oleh orang-orang disekitarnya, bukan dijauhi. Memperlihatkan kasih sayang, perhatian, kepedulian, penghargaan, empati, serta tidak mencap dengan stigma negatif membantu penderita bipolar hidup lebih baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(DEV)