Soda Tingkatkan Risiko Dimensia dan Stroke (Foto: gettyimages)
Soda Tingkatkan Risiko Dimensia dan Stroke (Foto: gettyimages)

Soda Tingkatkan Risiko Dimensia dan Stroke

Rona demensia
Sri Yanti Nainggolan • 22 April 2017 19:28
medcom.id, Jakarta: Sudah bukan rahasia lagi bahwa minuman soda memberi banyak efek buruk pada tubuh. Kini, dua studi membuktikan efek soda lain, yaitu meningkatkan risiko terkena dimensia dan stroke.
 
Studi pertama menganalisa scan otak dan tes kognitif dari sekitar empat ribu orang yang mengkonsumsi lebih dari dua gelas minuman manis setiap hari, seperti minuman soda dan atau jus, atau tiga gelas minuman bersoda setiap minggu.
 
Mereka menemukan bahwa peminum minuman manis memiliki risiko terkena penyakit Alzheimer dini termasuk diantaranya penuaan otak prematur, ukuran otak yang lebih kecil secara keseluruhan, dan memori episodil yang buruk.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Sementara mereka yang meinum setidaknya satu soda diet sehari cenderung memiliki ukuran otak yang lebih kecil, demikian menurut sebuah penelitian dari Boston University.
 
Pada penelitian kedua, para peneliti ingin melihat apakah konsumsi minuman manis berhubungan dengan dimensia dan stroke. Penelitian tersebut meneliti 2.888 ribu orang berusia lebih dari 45 tahun untuk percobaan pada stroke dan 1.484 orang berusia si atas 60 tahun untuk percobaan dimensia terkait kebiasaan minum minuman di tiga titik berbeda dalam kurun tujuh tahun. Mereka menemukan bahwa partisipan yang minum satu minuman soda diet perhari memiliki risiko terkena stroke atau demensia tiga kali lipat lebih besar.
 
Penuaan, merokok, kualitas pola makan, dan beberapa faktor memeang juga berpengaruh untuk menimbulkan kondisi tersebut bila tak dikontrol. Para peneliti menggunakan data dari Framingham Heart Study, sebuah proyek yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab penyakit kardiovaskular.
 
"Studi ini bukan berarti hasil akhir, namun data ini memberikan saran dengan bukti kuat untuk mengurangi konsumsi minuman manis atau pengganti pemanis," tukas Sudha Seshadri, profesor neurologi di Boston University School of Medicine (MED) dalam sebuah pernyataan.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(ELG)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif