Sebuah penelitian menemukan bahwa anak kegemukan berisiko lebih tinggi mengalami depresi saat dewasa.
Studi observasional tersebut menyebutkan bahwa kegemukan di usia 8-13 tahun dapat meningkatkan risiko depresi seumur hidup hingga tiga kali lipat. Selain itu, risiko tersebut meningkat empat kali lipat dibandingkan dengan mereka yang gemuk saat dewasa.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?

"Kami menemukan bahwa terdapat mekanisme dasar yang menghubungkan kegemukan atau obesitas dengan akar depresi dari masa kecil," simpul para peneliti.
Meskipun banyak studi terkait obesitas dan depresi, penelitian ini berfokus pada bagaimana obesitas saat kecil berpengaruh pada fase hidup seseorang selanjutnya.
(Baca juga: Kurang Minum Air Tingkatkan Peluang Obesitas)
Studi yang dipresentasikan pada European Congress on Obesity 2017 tersebut mengumpulkan data dari 889 partisipan di Reykjavik, Islandia yang lahir antara 1907 dan 1985 terkait berat dan tinggi badan.
Bertahun-tahun kemudian, saat mereka berusia sekitar 75 tahun, para peneliti melihat riwayat depresi partispan. Hasilnya, 39 dari partisipan yang masih hidup menderita depresi mayor.
Ketika partisipan kegemukan dibandingkan dengan partisipan normal, para peneliti menemukan bahwa mereka yang kegemukan saat kecil empat kali lipat lebih besar berisiko terkena depresi seumur hidup dibandingkan yang normal.

"Karena obesitas pada remaja dan pengaruh media sosial cukup besar pada pencitraan tubuh, pengertian akan hubungan antara obesitas saat kecil dan depresi tergolong krusial," demikian menurut para peneliti.
Seorang anak didiagnosa obesitas jika indeks masa tubuh (IMB) mereka berbeda jauh dengan usia dan tinggi mereka. Ada beberapa penyebab obesitas, seperti keturunan, kebiasaan makan dan tingkat aktivitas, serta riwayat psikologis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)