Ilustrasi-Freepik
Ilustrasi-Freepik

Stres saat Anak Sekolah dari Rumah? Begini Cara Mengaturnya

Rona stres stres pada anak belajar di rumah
Raka Lestari • 14 Agustus 2020 08:06
Jakarta: Menemani dan mendampingi anak selama school from home (SFH) tentu membuat kelelahan tersendiri bagi orang tua. Tidak jarang juga, hal tersebut membuat orang tua merasa stres.
 
Dan dari stres tersebut, tidak hanya berdampak kepada anak, tetapi juga kepada diri sendiri sebagai orang tua.
 
“Terkait manajemen stres, langkah pertama yang harus dilakukan orang tua adalah mengenali kondisi emosi sendiri. Apakah mereka merasa kesal, marah, kecewa, atau hal lainnya,” ujar Efnie Indrianie, M.Psi, Psikolog, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Setelah mengidentifikasi emosi yang dirasakan, barulah orang tua dapat meregulasi emosi dengan tepat. Cara merilisnya pun bisa melalui berbagai hal. Contohnya berdoa, menangis, menulis jurnal, bila perlu berkonsultasi dengan ahlinya.
 
Untuk ibu yang bekerja, mengerjakan tugas kantor dari rumah sekaligus mengasuh anak akan menjadi tantangan tersendiri. Efnie menyebutkan, ibu bekerja harus memiliki manajemen waktu yang baik. Jadi, buatlah jadwal harian dan masukkan waktu me time. Dengan begitu, kondisi mental tetap stabil dan tercipta suasana yang penuh cinta kasih di rumah.
 

Selain orang tua, anak juga mungkin mengalami stres selama menjalani SFH tersebut. Efnie menyebutkan metode yang sama bisa diterapkan kepada anak, yakni mengidentifikasi emosi atau perasaannya terlebih dahulu.
 
“Kalau anak stresnya tinggi, bantu ia untuk meredakan kondisi perasaaannya dulu. Anak yang stres tidak mempan dikasih nasihat. Ciri khas seorang anak kalau stres tinggi adalah akan melakukan hal yang berkebalikan. Disuruh fokus, dia malah melakukan hal lain, disuruh menulis tidak bisa, kadang-kadang disuruh bicara malah menjadi gagap,” kata Efnie.
 
Jika anak menunjukkan tanda-tanda tersebut, orang tua jangan memarahi anak dan sebaiknya memberinya waktu. Jauhi anak sebentar, atur napas, kendalikan emosi, dan duduk untuk menenangkan diri.
 
“Setelah itu, bantu anak merilis perasaannya. Tanyakan apa yang ia inginkan. Kalau ia ingin menangis, biarkan. Jadi, anak merasa aman dan nyaman,” kata Efnie.
 
“Love dan affection adalah obat stres untuk anak-anak. Jadi, ia tidak merasa sendiri, merasa didampingi, dan bisa mengekspresikan perasaannya semaksimal mungkin,” tutupnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(FIR)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif