Jakarta: Mengajarkan peran gender secara tepat tanpa stereotip adalah hal fundamental yang perlu dilakukan saat ini dan untuk kedepan nanti. Mungkin beberapa dari Anda khawatir karena merasa sudah terlambat melakukannya namun tenang saja karena pendidikan ini tak mengenal batas umur.
Psikolog Klinis Anak, Remaja, dan Keluarga, Roslina Verauli , M.Psi., Psi. mengungkapkan bahwa peran gender baiknya dilakukan oleh orang tua, orang sekitar, sekolah, sedini mungkin. Ini karena pembelajaran ini terus berproses sejak umur satu tahun.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Sejak dini. Penghayatan peran gender kalau kita pahami dari lahir saja, anak kan belajar tentang seksualitas. Tapi seksualitas di sini bukan tentang remaja dewasa. Ini melalui sentuhan, yang bikim mereka nyaman. Di usia satu, dua tahun mereka mulai sadar ada laki-laki dan perempuan," jelasnya di Jakarta, Senin, 26 Juli 2019.
"Di usia dua, tiga tahun dia tahu dia perempuan atau laki-laki dari karakter fisik. Umur empat, lima tahun dia lihat dari bapak atau ibunya (interaksi)," lanjutnya.
Dengan seperti itu, di usia tersebut penting untuk menunjukan pada anak aksi-aksi yang positif. Misalnya seorang ayah bisa menunjukan keterlibatannya secara setara dalam aktivitas rumah tangga pada anak laki-lakinya.
"Jadi anak laki-laki akan semakin mengonfirmasi bahwa dia maskulin itu dari lihat papanya berbicara, bersikap, dan mampu bekerja sama dengan ibunya," ucapnya.
"Anak laki banyak belajar peran gender dari dia berinteraksi dengan bapaknya salah satunya bapaknya masak di rumah, ikut dia masak. Interaksi anak dan ayah akan terbina. Dia lihat laki-laki masaknya begini, beda dengan ibu, gesture, cara menyelesaikan masalah. Di situlah sisi maskulin feminin. Bukan masak memasaknya loh. Sisi maskulin itu bukan sekedar masak memasak. Itu tidak berkaitan dengan peran gender sebetulnya. Itu hanya stereotip," lanjutnya.
Psikolog Roslina memberikan aksi ideal yang bisa dilakukan para orang tua untuk mengajarkan tentang konsep feminin dan maskulin secara efektif. Akan lebih baik bila ayah dan ibu memahaminya dan menerapkannya secara bersamaan.
"Yang dapat dilakukan adalah yang perempuan (anak) menemani ibunya. Yang laki-laki menemani ayahnya untuk belajar sisi-sisi feminin dan maskulin pada masing-masing figur tersebut namun akan lebih baik lagi ketika mereka bekerja sama beramai-ramai untuk memahami ada kesetaraan. Setiap orang punya kesempatan yang sama untuk berkontribusi," paparnya.
Jika Anda merasa kecolongan karena belum mengajarkan hal ini pada anak Anda, tidak perlu khawatir karena proses identifikasi gender akan terus belanjut.
"Tidak ada kata terlambat dalam melakukan identifikasi gender. Proses gender dan seksualitas itu seumur hidup, bahkan sampai tua selalu ada adjusment (penyesuaian) baik gender dan seksualitas," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(YDH)