Hadir sebagai salah satu pembicara, Sobih AW Adnan, jurnalis indepth dari Medcom.id yang berkesempatan memaparkan tentang fenomena persebaran berita hoaks sebagai penanda dari era post-truth alias pascakebenaran.
"Materi ini sangat penting. Terutama, tentang trik melawan hoaks dengan memperkuat literasi. Insyaallah, kader pelajar NU berdiri paling depan dalam memberantas berita-berita hoaks agar tidak semakin banyak dikonsumsi masyarakat," kata Ketua PW IPPNU Jawa Barat, Nurul Patonah, Selasa, 29 Mei 2018.
"Kami mendapatkan materi berupa langkah-langkah untuk menimbang apakah suatu berita itu hoaks atau fakta. Juga tentang patokan media yang bisa dipercaya dan yang tidak layak menjadi rujukan. Prasyarat berupa teknik menganalisis konten, keredaksian, hingga fungsi dan peran Dewan Pers dalam menjaga independensi media arus utama menjadi bekal bagi kami untuk melakukan kampanye anti-hoaks," terang Nurul.Mulanya, Nurul dan kawan-kawan merasa prihatin dengan persebaran kabar palsu yang kian menjadi di media sosial. Tidak cuma selesai di jagat maya, menurutnya, pengaruh itu bisa terbawa sampai ke dunia nyata.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?

Pembicara, Sobih AW Adnan tengah menjelaskan tentang fenomena hoaks di era post-truth di Gedung PWNU Jawa Barat, 28 Mei 2018/Foto: Isthi Qonitha/ist
Puluhan peserta yang mewakili 27 kabupaten/kota itu tampak antusias ketika pemateri menjelaskan tentang faktor-faktor yang berpengaruh dalam persebaran hoaks di media sosial. "Sistem algoritma yang membentuk peredaran konten di linimasa, misalnya, turut membuat kampanye anti-hoaks ini kian menantang," papar Sobih.
Dalam sesi tanya jawab, salah satu peserta dari Kabupaten Karawang, Rahma Syifaurrohmah, menanggapi bahwa pemelintiran berita kerap menyasar pada tokoh-tokoh moderat, terutama kiai-kiai NU. Dia membenarkan bahwa pembaca berita hoaks cenderung gampang terbujuk dengan kemasan konten yang menguras emosional ketimbang seberapa kuat data dan fakta yang terkandung di dalamnya.
"Maka melalui penjelasan mendalam tentang bagaimana media arus utama bekerja ini mempermudah para pelajar untuk membedakan mana berita yang terpercaya, dan mana yang abal-abal," kata Rahma.
Selain dari Medcom.id, peserta juga mendapatkan bekal tentang teknik penulisan opini, resensi, sastra, dan fotografi dari para praktisi terkait dalam sesi berbeda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (SBH)