Tradisi turun-temurun melalui sajian ie bu peudah tak hanya menghangatkan perut saat berbuka puasa, tetapi juga mempererat tali persaudaraan dan melestarikan warisan leluhur.
Ie bu peudah, yang berarti air nasi pedas, merupakan warisan kuliner para indatu atau Aceh yang hanya dinikmati saat Ramadan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Tradisi ini masih dijaga di Gampong Bueng Bak Jok, yang setiap tahunnya masyarakat berkumpul untuk memasak dan berbagi bubur istimewa ini," kata Ketua Panitia Penyelenggara Ie Bu Peudah Gampong Bueng Bak Jok, Muhammad Al Kausar kepada Medcom.id, Kamis, 21 Maret 2024.
Memasak bersama, merajut kebersamaan
Tradisi Ie Bu Peudah telah berlangsung sejak masa Kesultanan Aceh. di Gampong Bueng Bak Jok, seluruh warga desa terlibat dalam prosesnya, Mulai dari mengumpulkan rempah dan dedaunan di hutan hingga memasak dan berbagi bubur.Uniknya, para bapak-bapak bertugas mencari bahan rempah dan dedaunan, yang terdiri dari 44 jenis, termasuk kunyit, lada, lengkuas, jahe, ketumbar, dan daun-daun khas Aceh. Sedangkan para ibu, bertugas meracik bumbu dan menumbuknya dengan jeungki, alat tumbuk tradisional Aceh.
"Kemudian, pemuda-pemuda desa memasak bubur dalam belanga besar di meunasah (musala), sementara anak-anak menyiapkan wadah untuk membawa pulang bubur ke rumah," ujarnya.
Cita rasa dan manfaat Ie Bu Peudah
Ie Bu Peudah tak sekadar bubur biasa. Rempah-rempahnya memberikan rasa pedas yang khas dan manfaat kesehatan yang luar biasa. Konon, bubur ini bermanfaat untuk memperkuat daya tahan tubuh, melancarkan peredaran darah, dan bahkan sebagai obat jantung dan lambung.Lebih dari sekadar takjil, Ie Bu Peudah menjadi simbol kebersamaan, gotong royong, dan kearifan lokal masyarakat Aceh. Namun, tradisi yang bertahan di tengah perubahan zaman itu tak cukup menarik perhatian generasi muda.
Kausar pun berharap warisan kuliner ie bu peudah dapat terus dilestarikan sebagai bagian dari identitas budaya Aceh. Sebab ie bu peudah merupakan simbol kebersamaan dan kearifan lokal Aceh.
"Tradisi ini patut dilestarikan sebagai warisan budaya yang tak ternilai harganya," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (MEL)