Ya, setiap Ramadan tiba, masyarakat berbondong-bondong mendatangi Masjid Darusssalam sejak sore hari. Mereka menenteng rantang maupun wadah makanan.
Dian, warga Kauman, Solo, mengatakan ia dan warga lain mengantre untuk mendapatkan bubur samin. Hidangan khas Banjar ini, katanya, selalu membuat masyarakat Solo rindu akan datangnya bulan Ramadan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Bubur ini hanya dibagikan gratis saat bulan puasa. Rasanya khas, bikin kami kangen makan bubur samin setiap Ramadan," ujar ibu dua anak tersebut, Senin, 21 Mei 2018.

(Seorang warga memasak bubur samin di Masjid Darussalam Solo, sajian yang hanya ada saat Ramadan, Medcom.id - Pythag Kurniati)
Ketua Takmir Masjid Darussalam HM Rosyidi berbagi cerita asal usul bubur samin. Menurut Rosyidi, dulu sekitar tahun 1990, penduduk dari Banjar, Kalimantan, merantau ke Solo. Sebagian besar perantau berjualan berlian.
Para perantau asal Banjar membuat sebuah tempat ibadah atau langgar. Langgar pun berkembang dan diresmikan menjadi Masjid Darussalam sekitar tahun 1960.
Kedatangan mereka tentu saja membawa serta kebudayaan-kebudayaan khas Banjar. Tak terkecuali, kulinernya yang bernama bubur samin.
Proses Memasak dan Rasa yang Unik
Cara memasak bubur samin terbilang unik. Tak heran bila sajiannya memiliki cita rasa khas. Untuk memasak bubur samin, dibutuhkan waktu hingga enam jam.
"Bubur ini ditempatkan dalam tempat yang sangat besar untuk diaduk terus menerus saat memasaknya," kata Rosyidi.
Butuh belasan orang untuk memasak bubur bercita rasa gurih dan beraroma rempah yang kuat ini.
Bubur samin terbuat dari beras, rempah-rempah, sayuran, irisan daging sapi. Tak lupa minyak samin, hingga hidangan ini beraroma khas. Bahan-bahan tersebut banyak yang disumbang oleh masyakarat.
Dalam satu hari, sebanyak 50 kilogram beras digunakan untuk membuat bubur ini. Setelah masak, 1.100 porsi bubur samin pun siap dibagikan pada masyarakat setiap harinya.
Sebanyak 200 porsi disajikan untuk masyakarat yang berbuka puasa di masjid. Biasanya hidangan disajikan dengan kurma dan kopi susu.
Rosyidi menuturkan tradisi membagikan bubur samin kepada masyakarat sudah dimulai sejak 1980. Tak hanya warga Solo, warga luar kota pun datang demi mencicipi lezatnya bubur samin.
"Sebab, memberi puasa orang lain itu berpahala sama dengan puasa. Tanpa mengurangi ibadah puasa orang itu sendiri," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (RRN)