Kendati banyak warga Jakarta dan sekitarnya tahu mengenai keberadaan makam ini, tapi tak banyak yang tahu siapa sebenarnya sosok Mbah Priok yang persemayamannya dikeramatkan.
Mbah Priok memiliki nama asli Habib Hasan Al Haddad, seorang ulama atau wali Allah dari Sumatera Selatan. Habib Hasan hidup di abad ke-18 dan telah berkeliling dunia mempelajari agama Islam.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dalam perjalanannya menyebarkan agama Islam ke Pulau Jawa, Habib Hasan yang saat itu menggunakan kapal bertemu pasukan Belanda, di lautan. Ia dan anak buahnya ditembaki namun berhasil selamat.
"Jadi pelurunya itu tidak mempam ke Habib Hasan karena memang punya karunia dari Allah," kata Firman, penjaga makam Mbak Priok kepada Metrotvnews.com di Jakarta, Kamis 8 Juni 2017.
Setelah lolos dari kejaran Belanda, kapal yang ditumpangi Habib Hasan dan belasan anak buahnya karam terhempas badai. Ia dan adiknya berhasil menyelamatkan diri dengan bertumpu pada kayu pecahan kapal dan sebilah dayung yang patah.
Keduanya terombang ambing di lautan hingga berhari-hari bersama satu periuk nasi. Dalam kondisi lapar di lautan, Habib Hasan memasukkan periuk itu ke dalam jubahnya dan secara ajaib keluar nasi.
"Jadi tidak pakai apa-apa, cuma periuk kosong sama jubahnya habib saja," tambah Hasan.
Sayangnya, tak lama setelah itu Habib Hasan sakit dan meninggal sebelum sampai ke daratan. Saat itu, jenazahnya yang terombang-ambing di lautan digiring kawanan lumba-lumba ke tepi pantai.
Di darat, jenazahnya dimakamkan di kawasan yang kini menjadi kawasan Ancol. Sebagai penanda, di makam Habib Hasan ditancapkan pohon tanjung, serta diletakkan dayung patah dan periuk yang menemaninya di laut.
"Tapi saat di makam, periuknya terbawa ombak sehingga kini ada di lautan," tambah Firman.
Pada masa pembangunan Belanda di daerah tersebut, makam Habib Hasan pun dipindahkan ke lokasi sekarang. Berawal dari sejarah Habib Hasan pula nama kawasan itu menjadi Tanjung Priok.
"Jadi diambil dari pohon tanjung dan periuk yang ada di makam Habib Hasan," jelas Firman.
Sejak zaman Belanda, berkali-kali ada rencana pemindahan makam untuk pembangunan pelabuhan baru. Namun, menurut Firman, selalu gagal karena pihak Belanda melihat sosok pria berjubah putih dan bercahaya.
Mereka pun memanggil ulama untuk berkomunikasi dengan pria tersebut dan alhirnya didatangkanlah ahli waris Habib Hasan dari kota asalnya.
Tak selang lama, datanglah Habib Zen Al Haddad yang merupakan saudara kandung Habib Hasan ke Pulau Jawa. Mulai saat itu, Habib Zen yang menjaga makam saudaranya di Batavia.
"Mbah Priok ini meninggal masih muda, usia 29 tahun jadi nggak punya istri dan anak," jelas Firman.
Usai kepengurusan Habib Zen, pengawasan makam dipegang oleh anaknya yakni Habib Ahmad Al Haddad. Kini, baik Habib Zen maupun Habib Ahmad juga dimakamkan di area ini, bersebelahan dengan makam Habib Hasan atau Mbah Priok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (TRK)
