Berita tentang informasi Ramadan 2024 terkini dan terlengkap

Ilustrasi/Pixabay
Ilustrasi/Pixabay

Tafsir Al Mishbah: Musa, Cinta Tanah Air, dan Pesan Mendekati Kebaikan

Sobih AW Adnan • 13 Juni 2016 03:15
medcom.id, Jakarta: Sekembalinya Nabi Musa Alahi as-Salam ke Mesir setelah 10 tahun lamanya menetap di Madyan memberikan banyak pelajaran bagi umat manusia. Dalam perjalanan itulah Musa mendapat petunjuk tentang ke-Esaan Allah SWT. Mesir merupakan tempat kelahiran Nabi Musa sebelum terusir Firaun untuk pertama kalinya hingga membuat salah satu ulul azmi itu bergeser menuju arah barat laut Hijaz di pantai timur Teluk Aqaba.
 
"Musa merasa rindu. Di sini bisa diambil pelajaran bahwa rindu kepada Tanah Air adalah naluri manusia," kata KH Quraish Shihab dalam tayangan Tafsir Al MishbahdiMetro TV,Minggu (12/6/2016).
 
Hal ini serupa Nabi Muhammad SAW yang juga pernah menunjukkan kecintaannya terhadap tanah Arab sebagai tempat kelahirannya. Diceritakan Quraish Shihab, ketika hendak hijrah menuju Madinah, Nabi terlebih dahulu menyempatkan diri untuk bercakap dengan tanah Mekah.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Nabi berkata, engkau adalah negeri yang paling aku cintai, seandainya aku tidak diusir oleh pendudukmu, niscaya saya tidak akan meninggalkanmu," kata Quraish Shihab.
 
Keterikatan rasa dengan Tanah Air juga bisa dianggap sebagai sesuatu yang dapat menentukan karakter seseorang itu baik atau tidak. Melampaui rasa cinta adalah dengan mempertaruhkan jiwa raga dalam membela negeri kelahirannya.
 
"Seseorang berakhlak atau tidak bisa dilihat dari bagaimana kerinduan dan pembelaannya terhadap Tanah Air," pesan Quraish Shihab.
 
Di dalam perjalanan bersama istri dan anak-anaknya, Musa kemudian melihat secercah api. Hal itu seperti yang tertera dalam Alquran surat An-Naml ayat 7.
 
"(Ingatlah) ketika Musa berkata kepada keluarganya: 'Sesungguhnya aku melihat api. Aku kelak akan membawa kepadamu kabar daripadanya, atau aku membawa kepadamu suluh api supaya kamu dapat berdiang."
 
Yang dilihat Musa adalah pancaran cahaya Tuhan yang dianggapnya seperti api. Dalam peristiwa itu, Musa kemudian mendengar seruan: "Bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu, dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dan Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam."
 
Pelajaran berikutnya yang dapat diambil dari ayat ini, kata Quraish Shiab, adalah ketika Allah SWT lebih berkenan untuk menyebutkan kalimat "yang berada di sekitarnya" dibanding langsung menyebut "telah diberkati engkau, wahai Musa."
 
"Ayat ini mengandung pesan bahwa seseorang yang berada di sekitar kebaikan akan mendapatkan kebaikan pula. Selayak orang yang dekat dengan penjual parfum akan tercium aroma wangi yang serupa," ucap Quraish Shihab.
 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(SBH)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif