Wakil Ketua Umum Koordinator Kadin Indonesia Bidang Luar Negeri, James Riady. Foto: Kadin
Wakil Ketua Umum Koordinator Kadin Indonesia Bidang Luar Negeri, James Riady. Foto: Kadin

James Riady Kadin Soroti Peluang Indonesia di Tengah Gejolak Global 2026

Rizkie Fauzian • 12 Desember 2025 22:52
Jakarta: Di tengah kompetisi geopolitik yang meningkat, aliansi global yang berubah, serta risiko konflik yang meluas, Indonesia dinilai tetap memiliki prospek ekonomi yang kuat memasuki 2026. Inflasi yang terkendali, disiplin fiskal yang terjaga, konsumsi domestik solid, demografi produktif, dan nilai tukar relatif stabil menjadi modal utama menghadapi tahun depan.
 
“Indonesia memasuki tahun 2026 tidak dengan tangan kosong,” kata Wakil Ketua Umum Koordinator Kadin Indonesia Bidang Luar Negeri, James Riady dalam keterangan tertulis, Jumat, 12 Desember 2025.
 
Hal tersebut disampaikan dalam Kadin Friday Breakfast yang rutin diadakan. Ia menilai kegiatan rutin pimpinan dan anggota Kadin menjadi forum diskusi jujur dan hangat, tempat pelaku usaha membahas tantangan serta merumuskan peluang bersama.

James menyampaikan bahwa komunitas Kadin memberi alasan kuat untuk optimistis. Di tengah ketidakpastian global, Indonesia tetap memiliki pengusaha yang membangun, perusahaan yang berinvestasi, inovator yang mencipta, serta pemimpin yang tidak terpengaruh berita negatif.
 
"Jika 2025 merupakan tahun penyesuaian dan transisi, maka 2026 disebut sebagai tahun antisipasi dan keberanian. Kita harus menjadi komunitas yang bergerak karena peluang,” ujar James.
 
Ia menambahkan, sepanjang sejarah, Indonesia kerap muncul lebih kuat dalam periode disrupsi global selama para pemimpinnya tenang, bekerja sama, dan berpandangan jauh ke depan.

Tantangan global 2026

James menjelaskan bahwa menjelang akhir 2025, dunia menghadapi situasi yang rapuh. Secara geopolitik, terdapat tiga tanda utama: kompetisi negara besar semakin tajam, aliansi global bergeser, dan konflik regional berpotensi meluas.
 
Lembaga internasional seperti IMF, World Bank, ECB, dan OECD menggambarkan ekonomi global sebagai melambat, terfragmentasi, dan berada dalam fase transformasi besar. Ada empat indikator: perdagangan dunia melemah, restrukturisasi rantai pasok yang kini mengutamakan keamanan, utang publik banyak negara mencapai titik tertinggi, dan perlombaan teknologi melaju lebih cepat dari regulasinya.
 
Baca juga: Kadin Targetkan Renovasi 500 Rumah Tak Layak Huni Tuntas April 2026

 
Dalam sektor finansial, muncul kerentanan baru. Valuasi aset berada pada posisi sensitif terhadap kenaikan suku bunga dan perlambatan global. Sistem perbankan di sejumlah negara belum pulih dari kredit bermasalah dan kerugian akibat suku bunga tinggi, sehingga rentan terhadap guncangan kecil.
 
Era suku bunga “lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama” turut menekan dunia usaha. Secara sosial, polarisasi meningkat, sementara tahun 2026 menjadi momen pemilu di berbagai negara besar yang berpotensi memengaruhi pasar global.
 
Jika digabungkan, 2026 dinilai berpotensi memunculkan berbagai risiko: perlambatan ekonomi global, peningkatan proteksionisme, ketidakstabilan energi, konflik berkepanjangan, dan disrupsi teknologi yang lebih cepat daripada kemampuan adaptasi.

Modal kekuatan Indonesia

Menurut James, Indonesia memiliki sejumlah keunggulan yang membedakannya dari banyak negara lain. Transisi politik berjalan stabil dan menjadi sinyal positif bagi dunia internasional. Fundamental makro tetap kuat, ditopang inflasi rendah, disiplin fiskal, konsumsi domestik, demografi produktif, dan nilai tukar yang relatif stabil.
 
Indonesia juga memasuki dekade pembangunan infrastruktur terbesar dalam sejarah, meliputi pelabuhan, jalan, kawasan industri, energi, logistik, hingga pembangunan ibu kota baru. Arah kebijakan pemerintah yang menitikberatkan pada ketahanan pangan, hilirisasi, kesehatan, pertahanan, serta proyek strategis nasional turut memberikan kepastian arah pembangunan.
 
James menilai kombinasi stabilitas politik, kekuatan demografi, sumber daya alam, percepatan digitalisasi, dan pertumbuhan manufaktur membuat Indonesia semakin menarik di tengah situasi global yang terfragmentasi. Program pemerintah yang mulai menunjukkan dampak positif juga memperkuat keyakinan pelaku usaha.

Optimisme menuju 2026

James menekankan bahwa 2026 bukanlah tahun yang mudah bagi ekonomi global, namun Indonesia memasuki tahun itu dengan modal yang cukup. Ia mengajak pelaku usaha menyiapkan diri menghadapi ketidakpastian serta bersama-sama menggemakan narasi ketangguhan Indonesia.
 
“Jika 2025 adalah tahun penyesuaian dan transisi, maka 2026 bisa menjadi tahun antisipasi dan keberanian,” ujarnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(KIE)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan