"Ada sekitar 78 fasilitas publik dan 36 ribu rumah rusak berat. Perlu waktu untuk rekonstruksi bangunan permanennya sekitar 2 tahun,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) Cipta Karya Kementerian PUPR Danis H. Sumadilaga dilansir dari laman resmi Kementerian PUPR.
Teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) tahan gempa akan diterapkan sebagai antisipasi terjadinya gempa di masa-masa yang akan datang. Selain mudah dipasang sehingga lebih cepat penyelesaiannya, juga mudah dimodifikasi serta biaya yang lebih murah dibandingkan konstruksi rumah konvensional.
baca juga: Bangun rumah tahan gempa? Perhatikan ini
“Dengan ukuran tipe 36 dan biaya per meter persegi sekitar Rp 1,5 juta maka biaya yang dibutuhkan sekitar Rp 50 juta per unit rumah. Komponen paling mahalnya besi dan semen, ini akan dipasok BUMN untuk memastikan harga pembangunannya sama,” papar Danis.
Saat ini sudah dimulai pembangunan 20 unit RISHA dan 4 Rumah Unggul Sistem Panel Instan (RUSPIN) sebagai rumah petugas, mushalla dan rumah sakit sementara. Tahap rekonstruksi pasar dan sekolah juga diberi prioritas.
"Teridentifikasi lebih dari 500 sekolah rusak terdiri dari PAUD, SD, SMP dan SMA/SMK. Sudah mulai perbaikan untuk 43 di antaranya," sambungnya.
Bantuan tim fasillitator

Badan jalan di Lombok Utara terbelah akibat gempa berkekuatan besar yang berlangsung susul menyusul. AFP Photo
Pemerintah juga mengirimkan 150 orang fasilitator sebagai pendamping masyarakat membangun RISHA yang dilakukan secara swakelola. Fasilitator terdiri dari tim Kementerian PUPR serta mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik dari beberapa universitas/perguruan tinggi negeri yang dilatih untuk membangun RISHA.
Untuk tahap rehabilitasi dan rekonstruksi, BUMN karya dilibatkan sepenuhnya. Mereka adalah PT Adhi Karya, PT Brantas Abipraya, PT Nindya Karya, PT Hutama Karya, PT PP, PT Wijaya Karya, dan PT Waskita Karya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News