Green office di CBD Jakarta tumbuh secara bertahaPp. Foto: Freepik
Green office di CBD Jakarta tumbuh secara bertahaPp. Foto: Freepik

Green Office jadi Standar Baru Perkantoran di CBD Jakarta

Rizkie Fauzian • 22 Desember 2025 13:15
Jakarta: Konsep green office di kawasan pusat bisnis (CBD) Jakarta kini tidak lagi dipahami sebatas sertifikasi bangunan hijau. Lebih dari itu, green office berkembang menjadi standar baru efisiensi operasional gedung, mulai dari pengelolaan energi dan air, pengurangan emisi karbon, hingga dukungan terhadap mobilitas karyawan yang berkelanjutan.
 
Perkembangan green office di CBD Jakarta menunjukkan tren yang semakin matang. Hingga akhir 2025, pasokan ruang perkantoran berlabel hijau telah mencapai sekitar 37 persen dari total stok ruang kantor di kawasan tersebut.
 
Tambahan pasokan masih akan terus bertambah, seiring sekitar 351 ribu meter persegi ruang kantor yang saat ini berada dalam proses pengajuan sertifikasi hijau.

Dalam catatan Knight Frank, ketersediaan green office di CBD Jakarta tumbuh secara bertahap dalam beberapa tahun terakhir. Pada periode 2019–2020, pasokannya masih berada di bawah 1 juta meter persegi.
 
Angka tersebut meningkat signifikan hingga mencapai sekitar 2,7 juta meter persegi pada akhir 2025. Meski demikian, green office belum sepenuhnya mendominasi pasar, mengingat total stok ruang perkantoran di CBD Jakarta saat ini berada di kisaran 7,3 juta meter persegi.
 
Permintaan terhadap green office tercatat cukup solid, terutama datang dari perusahaan multinasional dan penyewa yang memiliki komitmen terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Komitmen tersebut tidak hanya tercermin dalam desain bangunan, tetapi juga dituangkan dalam klausul hijau pada perjanjian sewa antara pemilik gedung dan penyewa.
 
Knight Frank menilai pasar perkantoran Jakarta mulai memasuki fase di mana green office dipahami sebagai kebutuhan dasar, bukan lagi nilai tambah. Preferensi penyewa terhadap ruang kantor hijau kini menjadi baseline expectation, sejalan dengan komitmen menuju target net zero emission.
 
Tren ini tercermin dari tingkat okupansi green office di CBD Jakarta yang relatif stabil, dengan rata-rata mencapai sekitar 78 persen dalam lima tahun terakhir. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan tingkat hunian non-green office yang berada di kisaran 75 persen.
 
Country Head Knight Frank Indonesia, Willson Kalip, menyebutkan bahwa keberadaan green building menjadi pembeda penting di tengah pasar perkantoran Jakarta yang masih dibayangi kelebihan pasokan.
 
"Sementara itu, hampir seluruh gedung perkantoran premium Grade A di CBD Jakarta, atau sekitar 88 persen, telah mengantongi label hijau. Untuk kelas Grade A, sekitar separuh stok ruang kantor sudah berlabel hijau dan berada dalam fase transisi menuju standar minimum baru," kata dia dalam laporan dikutip Senin, 22 Desember 2025.
 
Dari perspektif regional, Head of Research Knight Frank Asia Pasifik Christine Li menyatakan bahwa pasar Asia Pasifik menunjukkan kecenderungan penyewa yang semakin selektif dalam memilih ruang kantor berkualitas tinggi berbasis ESG di lokasi inti.
 
"Tren rightsizing dan pergeseran ke pusat kota diperkirakan akan menopang aktivitas penyewaan perkantoran pada 2026," jelas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(KIE)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan