Adopsi sertifikasi seperti Greenship, EDGE, LEED, hingga Bangunan Gedung Hijau (BGH) meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Tren ini mencerminkan semakin kuatnya keselarasan antara tanggung jawab lingkungan dengan kelayakan komersial.
Hingga pertengahan 2025, sektor perkantoran tetap menjadi penggerak utama, mencakup 88 persen dari total bangunan bersertifikasi. Di Jakarta, kantor Grade A di kawasan CBD menunjukkan tingkat adopsi tertinggi.
Baca juga: Lebih dari 200 Bangunan di RI Tersertifikasi EDGE! Termasuk Masjid Istiqlal! |
Lebih dari sekadar kelanjutan pemulihan pasca-pandemi, perubahan ini menandai pergeseran struktural dalam ekspektasi pasar. Korporasi multinasional dan investor institusional semakin memprioritaskan kepatuhan terhadap prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance).
Menurut Head of Facilities Management, Christina Ng, pengembang kini lebih proaktif mengintegrasikan keberlanjutan dalam desain dan pengelolaan aset.
“Mereka tidak lagi menunggu permintaan penyewa, melainkan mengambil peran utama mengamankan masa depan aset, meningkatkan efisiensi operasional, sekaligus memposisikan diri secara kompetitif di pasar yang semakin matang,” ujar dia dalam keterangan tertulis, Kamis, 11 September 2025.
Dukungan regulasi dan keuangan
Transformasi ini turut didorong masuknya sektor Konstruksi dan Real Estat dalam Taksonomi Hijau OJK versi kedua, serta insentif berupa pengurangan aset tertimbang menurut risiko (ATMR) untuk pembiayaan hijau. Dengan skema ini, bangunan bersertifikasi hijau berhak mendapatkan akses modal lebih mudah dan suku bunga lebih rendah.Colliers Indonesia memperkirakan jumlah sertifikasi bangunan hijau akan meningkat hingga 54 persen pada akhir 2025, seiring kombinasi antara tekanan regulasi dan kesiapan pasar.
Selain perkantoran, terdapat banyak peluang bagi pengembang untuk meningkatkan gedung Grade B dan C, memperluas sertifikasi hijau ke sektor industri dan ritel, hingga mengadopsi teknologi efisiensi energi tanpa investasi modal besar.
Seiring keberlanjutan menjadi ciri utama real estat komersial modern, para pelaku industri dituntut untuk beradaptasi. Kredensial hijau kini bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan agar tetap relevan dan tangguh dalam jangka panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News