Pasar kondominium di Jakarta masih lesu. Foto: Freepik
Pasar kondominium di Jakarta masih lesu. Foto: Freepik

Gak Laku, Pengembang Banting Harga Apartemen di Jakarta

Rizkie Fauzian • 13 Agustus 2025 20:08
Jakarta: Kondisi pasar apartemen (kondominium) di Jakarta pada semester pertama 2025 masih  lesu dan belum pulih dari keterpurukan sejak 2020. Data JLL Indonesia mencatat, aktivitas pasar stagnan dengan penjualan rendah dan tanpa peluncuran proyek baru.
 
Pada kuartal kedua 2025, tidak ada satu pun proyek apartemen baru yang diluncurkan. Total penjualan unit baru sepanjang semester pertama hanya 78 unit. Angka ini kontras dengan era 2013–2014 yang bisa menembus 20 ribu unit per tahun.
 
"Di 2020 itu penjualannya kurang lebih hanya seribu unit per tahun. Di semester pertama tahun 2025 ini yang kita catat hanya ada penjualan sekitar 150 (unit),” ujar Kepala Riset JLL Indonesia, Yunus Karim di Jakarta, Rabu, 13 Agustus 2025.

Menurut Yunus, pasar yang lesu ini terutama disebabkan oleh permintaan terbatas. Pembelian paling banyak berasal dari end user. Dia menambahkan juga bahwa investor yang dulu mendominasi pasar kini lebih banyak bersikap wait and see terhadap situasi pasar. 
 
Baca juga: Mau Tinggal di Apartemen? Ketahui Dulu Berapa IPL yang Harus Dibayar

Dalam kondisi seperti ini, developer mulai menerapkan strategi agresif untuk menghabiskan stok lama. Salah satu strategi yang disebut adalah penjualan borongan (on-block) kepada investor besar.
 
“Tentunya pada saat penjualan on block itu, discount-nya cukup besar. Bisa sampai 20-30 persen daripada harga retail,” ujar Senior Director of Capital Markets JLL Indonesia Herully Suherman.
 
Menurutnya, investor yang membeli satu gedung secara borongan kerap mengubah fungsinya menjadi service apartment atau hotel. “Mereka biasanya memanfaatkan gedung itu untuk fungsi lain, sehingga potensi pengembalian investasinya lebih cepat,” jelas dia.
 
Menurut Head of Growth and Head of Strategic Consulting JLL Indonesia, Vivin Harsanto, selain skema penjualan on-block, strategi lain yang biasa dilakukan adalah dengan program sewa-beli (rent to own).
 
“Program ini memungkinkan pembeli menempati unit sambil mencicil, dan di akhir periode, unit itu bisa resmi menjadi milik mereka. Di samping itu, ada pula pengembang yang memilih untuk menjual dengan harga rugi (cut loss). Daripada unit tidak terjual bertahun-tahun, lebih baik dilepas dengan harga di bawah pasar, asalkan arus kas tetap berjalan,” ujar dia. (Sultan Rafly Dharmawan)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(KIE)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan