Pasar properti stagnan karena dampak musiman. Ilustrasi: Shutterstock
Pasar properti stagnan karena dampak musiman. Ilustrasi: Shutterstock

Cuma Musiman, Ini Alasan Properti Sepi di Akhir Tahun

Rizkie Fauzian • 28 Februari 2023 07:04
Jakarta: Industri properti di akhir tahun tercatat stagnan dengan kenaikan rendah indeks harga dan suplai. Hal serupa juga terjadi dari sisi konsumen.
 
Meskipun indeks permintaan mengalami penurunan namun permintaan terhadap hunian pada kuartal IV-2022 masih didominasi oleh permintaan terhadap rumah tapak, yakni sebesar 92 persen dari total pencarian hunian.
 
Country Manager Rumah.com Marine Novita menjelaskan pascapandemi tren properti tampaknya mulai kembali pada siklus tahunannya. Sebelum pandemi, kuartal kedua dan kuartal keempat selalu menjadi kuartal yang 'sepi'.

"Hal ini karena pada periode ini konsumen lebih fokus pada pengeluaran untuk konsumsi," jelasnya dalam laporan dikutip Senin, 28 Februari 2023.
 
Menurutnya, jika pada kuartal kedua konsumen lebih fokus pada belanja Hari Raya Idul Fitri dan kegiatan mudik, konsumen pada kuartal keempat akan lebih fokus pada belanja dan liburan akhir tahun. Tren ini direspons pengembang dengan menunda peluncuran unit baru dan menahan kenaikan harga.
 
"Alasan yang memperkuat keyakinan bahwa stagnansi pada kuartal keempat merupakan tren musiman, yang pertama adalah indeks harga dan suplai properti masih tetap menunjukkan kenaikan secara tahunan," jelasnya.
 
Baca juga: Industri Properti Stagnan, Pencarian Rumah Rp1 Miliar Malah Naik

Kemudian alasan terjadinya stagnansi pada akhir tahun lalu adalah tren pencarian properti untuk harga di atas Rp1 miliar juga terus meningkat. Ini artinya daya beli konsumen masih tetap terjaga.
 
Sementara itu, tren penurunan suku bunga KPR yang mulai melambat seiring kenaikan tren suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) diperkirakan akan semakin terlihat dampaknya pada awal 2023. 
 
Suku bunga acuan BI7DRR tercatat sebesar 5,25 persen per November 2022 atau naik sebesar 175 bps sejak empat bulan sebelumnya. Sebaliknya, suku bunga KPR masih tetap terjaga pada 7,7 persen pada November 2022 di mana angka ini turun sebesar 20 bps dibandingkan empat bulan sebelumnya.
 
Marine menambahkan bahwa penurunan tren suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) tersebut terlihat semakin melambat seiring naiknya suku bunga acuan dari Bank Indonesia. 
 
"Naik atau turunnya suku bunga acuan BI7DRR tidak selalu langsung berdampak terhadap suku bunga pasar, dalam hal ini KPR dan KPA. Jika dilihat dari trennya, kenaikan suku bunga KPR dan KPA diperkirakan baru akan terjadi pada awal 2023," kata Marine.
 
Marine memberikan kesimpulan bahwa pasar properti nasional stagnan pada kuartal keempat 2022 yang ditengarai sebagai dampak musiman. Pengembang bereaksi terhadap tren musiman ini dengan menahan kenaikan harga dan suplai properti, membuat indeks harga dan suplai properti hanya bergerak tipis secara kuartalan. 
 
Meski demikian, optimisme pengembang masih terlihat lewat pergerakan tahunan. Baik indeks harga maupun suplai menunjukkan kenaikan 6-7 persen per tahun.
 
"Sejumlah perkembangan positif yang datang di akhir 2022 dan awal 2023 menjadi angin segar bagi para pelaku usaha. Turunnya nilai tukar rupiah dan inflasi, serta membaiknya konsumsi pasar rumah tangga membuat pelaku usaha, termasuk di industri properti, dapat memasuki tahun baru dengan semangat yang tinggi. Semoga tren positif ini terus berlanjut dan membuat pasar properti nasional semakin menggeliat setelah pandemi," ungkapnya.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(KIE)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan