Bisnis hotel melambat di Jakarta dan Bali imbas dari kebijakan pemerintah. Foto: Freepik
Bisnis hotel melambat di Jakarta dan Bali imbas dari kebijakan pemerintah. Foto: Freepik

Bisnis Hotel di Jakarta dan Bali Melambat, Ini Penyebabnya

Rizkie Fauzian • 04 Juli 2025 16:28
Jakarta: Sektor perhotelan di Jakarta umumnya mengalami periode paling lambat pada kuartal pertama. Tahun ini, pola yang sama terulang kembali di mana sektor perhotelan mengalami perlambatan.
 
Selain itu, dampak dari kebijakan efisiensi pemerintah yang membuat pengeluaran anggaran daerah lebih ketat yang mencakup di antaranya perjalanan dinas, kunjungan studi, seminar, dan diskusi kelompok terarah, terasa cukup signifikan, terutama bagi hotel yang sangat bergantung terhadap pasar pemerintah.
 
Dampak dari kebijakan efisiensi pemerintah telah mendorong para pelaku industri perhotelan untuk menerapkan langkah efisiensi mereka sendiri agar tetap bisa beroperasi. Pekerja harian di hotel mengalami pengurangan jam kerja, dan karyawan diminta untuk mengambil cuti atau cuti tanpa dibayar guna menekan biaya operasional akibat tamu yang sepi.

Tidak hanya di Jakarta, kebijakan efisiensi pemerintah juga berdampak pada hotel-hotel di Bali, khususnya yang bergantung pada pasar MICE. Berkurangnya kegiatan MICE, terutama yang berskala internasional, menjadi tantangan bagi hotel-hotel yang berfokus pada pasar ini.
 
Aktivitas korporat juga mengalami penurunan akibat kebijakan efisiensi yang berkaitan dengan pemerintah.
 
Baca juga: Wisatawan Turun, Okupansi Hotel Jakarta Capai Titik Terendah

Head of Research Colliers Indonesia Ferry Salanto mengatakan bahwa sebagai dampak dari kebijakan efisiensi ini, para pelaku industri perhotelan juga harus efisien, menyesuaikan diri dengan kondisi pasar.
 
"Namun, diperkirakan kinerja hotel di Jakarta akan kembali normal pada pertengahan Juni, mengingat bulan April dan Mei dipenuhi oleh hari libur nasional yang dapat mengganggu aktivitas bisnis," jelas dia dalam keterangan tertulis, Jumat, 4 Juli 2025.
 
Kinerja hotel di Bali juga diperkirakan akan membaik pada kuartal kedua. Namun, kebijakan efisiensi dan menurunnya daya beli masyarakat perlu menjadi perhatian. Tiket pesawat domestik, yang sering kali lebih mahal dibandingkan tiket internasional, dapat mengurangi minat wisatawan domestik untuk berlibur. 
 
Pelaku industri perhotelan harus mencari pasar alternatif selain pasar pemerintah, karena belum ada tanda-tanda pelonggaran kebijakan efisiensi dari pemerintah. Jika kondisi ini terus berlanjut, peningkatan kinerja pada kuartal kedua mungkin tidak akan signifikan, sehingga semakin mempersulit para pelaku industri perhotelan di masa mendatang.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(KIE)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan