Laporan mencatat beberapa faktor yang menyebabkan tidak berubahnya angka pasokan mal di Jakarta yaitu salah satunya disebabkan oleh beberapa proyek ritel baru yang menunda untuk masuk ke pasar hingga 3 tahun ke depan.
Selain hal tersebut, tutupnya seluruh gerai ritel Hypermart dan mulai masuknya tenant department store lokal ataupun asing, juga turut menjadi penyebab tetapnya jumlah angka pasokan ritel di Jakarta untuk semester pertama 2023.
Sementara itu, walau tidak adanya penambahan pasokan baru di semester ini, laporan mencatat bahwa Jakarta masih tetap akan kedatangan sejumlah tiga proyek ritel baru yang diprediksi akan masuk per akhir tahun ini.
Dari segi tingkat okupansi, laporan mencatat bahwa tingkat okupansi ruang ritel saat ini berada di kisaran 78,84 persen atau relatif sama dengan tingkat okupansi di 2022.
Walau tingkat okupansi cenderung stagnan atau berada di titik setara dengan tahun sebelumnya, semester ini mencatat adanya peningkatan untuk harga sewa ruang ritel di Jakarta. Tercatat harga sewa meningkat sebesar 3,8 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu (yoy).
Baca juga: Pasar Ritel Didominasi Industri Makanan dan Mode |
Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat mengatakan bisa dilihat bahwa ritel sewa memang relatif memiliki performa yang lebih baik dibandingkan ritel strata di Jakarta saat ini.
"Kemampuan adaptasi ritel sewa terlihat lebih cepat dan mampu memenuhi level of requirement dari kebutuhan konsumen saat ini," katanya dalam laporan dikutip Sabtu 16 September 2023.
Menurutnya, secara umum performa ritel di tahun ini disebutkan seperti Drivers in the Storm (DOORS) di mana saat ini walau berada ditengah situasi tak menentu, beberapa pengelola ritel dan peritel di Jakarta tengah melakukan renovasi dan rebranding untuk mempertahankan tingkat okupansinya, sekaligus meningkatkan kunjungan konsumen melalui ruang-ruang baru yang lebih segar.
"Mal atau ritel saat ini diharapkan tidak hanya berfungsi sebagai ruang belanja, tetapi juga ruang untuk interaksi dan hobi misalnya untuk pameran dan galeri," ujar Syarifah.
Country Head Knight Frank Indonesia Willson Kalip menjelaskan di tengah pelemahan daya beli konsumen di era krisis global, peritel tetap dituntut melakukan berbagai strategi untuk memberikan warna baru dalam lansekap ruang ritelnya.
"Meski memiliki karakter shorter bounce, sektor ritel tetap perlu melakukan pembaruan agar tetap dapat menarik traffic konsumen seperti yang umumnya dilakukan peritel untuk kategori food and beverage dimana bisa dikatakan terbilang cukup adaptif dalam menciptakan inovasi layanan dan ekspansi di ruang ritel Jakarta," ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News